kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah tidur, ekonomi Indonesia tetap tumbuh


Rabu, 12 Februari 2014 / 15:50 WIB
Pemerintah tidur, ekonomi Indonesia tetap tumbuh
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak di kisaran Rp 14.950 per dolar AS-Rp 15.075 per dolar AS.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh. Meskipun berbagai macam krisis dan gejolak ekonomi menghampiri, tidak ada gangguan berarti terhadap perekonomian dalam negeri karena permintaan domestik masih akan tetap tumbuh.

"Indonesia akan tumbuh 4,5 persen. Krisis seperti apapun, pemerintah tidur pun pertumbuhan ekonomi akan 4,5 persen per tahun sampai tahun 2035," kata Ekonom Aviliani di Jakarta, Rabu (12/2/2014).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap tinggi. Persoalan, kata Aviliani, justru berada pada sisi suplai. "Misalnya di sektor infrastruktur. Listrik itu kebutuhannya 10 persen tapi suplai cuma 4 persen. Penjualan mobil tumbuh 20 persen, tapi berapa persen pertumbuhan jalan?" ujar dia.

Menurut Aviliani, kondisi yang saat ini terjadi adalah permintaan (demand) terlalu cepat, sementara suplai tidak berjalan dengan baik. Ini menciptakan jurang pemisah yang sangat lebar.

"Investasi baru digenjot 3 tahun terakhir. Ketika 3 tahun dibangun besar-besaran, kita butuh impor besar. Arus dana yang ke luar lebih banyak, sehingga rupiah jadi terdepresiasi," papar dia.

Lebih lanjut, kondisi rupiah saat ini berbeda dengan kondisi rupiah pada kurun waktu 2008 sampai 2012. Menurut Aviliani, posisi rupiah di bawah Rp 10.000 bukan karena fundamental, namun karena besarnya jumlah uang yang masuk ke negara berkembang.

"Ketika akhir tahun 2012 menjelang tahun 2013 mulai dana keluar dari negara berkembang. Hampir semua negara berkembang mengalami dana keluar. Kalau bunga murah, maka akan krisis likuiditas dan demand tumbuh terus," jelasnya.  (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×