Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk meningkatkan penarikan pinjaman dan mengurangi penerbitan surat berharga negara (SBN). Dalam APBN 2024, pinjaman hanya ditargetkan sebesar Rp 18,4 triliun, namun target tersebut naik menjadi Rp 101,3 triliun.
Sementara itu, target penerbitan SBN justru turun, dari semula sebesar Rp 666,4 triliun menjadi Rp 451,9 triliun.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang menilai, pemerintah lebih memilih opsi menaikkan pinjaman dan menurunkan penerbitan SBN, kemungkinan karena bunga pinjaman lebih murah dibandingkan dengan pembayaran kupon ke investor pemegang SBN.
Baca Juga: Pemerintah Pilih Opsi Tingkatkan Pinjaman dan Kurangi Penerbitkan Surat Utang
Disamping itu, ia juga menilai kemungkinan keputusan tersebut dipilih lantaran pemerintah ingin menjaga kestabilan imbal hasil SBN.
Sebab lanjutnya, jika penerbitan SBN naik, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan imbal hasil SBN menjadi naik. Imbasnya bisa menyebabkan harga obligasi turun, dan akan merugikan para investor.
“Jadi alasannya lebih ke oportunitas dan menjaga kestabilan yield SBN,” tutur Ana sapaan akrab Hosianna kepada Kontan, Jumat (12/7).
Ia juga menyampaikan, dengan pengurangan penerbitan SBN, harapannya imbal hasil SBN bisa stabil.
Hal tersebut juga berkaitan dengan antisipasi dari kenaikan imbal hasil SBN akibat imbal hasil dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang tinggi di kisaran 7,3% hingga 7,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News