kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.134   66,00   0,41%
  • IDX 7.090   106,44   1,52%
  • KOMPAS100 1.059   18,57   1,79%
  • LQ45 832   15,44   1,89%
  • ISSI 215   2,37   1,12%
  • IDX30 424   8,09   1,94%
  • IDXHIDIV20 511   9,36   1,87%
  • IDX80 121   2,07   1,75%
  • IDXV30 125   0,81   0,65%
  • IDXQ30 142   2,54   1,83%

Pemerintah Lakukan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis Mulai Tahun Depan


Kamis, 26 September 2024 / 19:00 WIB
Pemerintah Lakukan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis Mulai Tahun Depan
ILUSTRASI. Juru Bicara yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi. Pemerintahan Prabowo ? Gibran berencana akan melaksanakan program pemeriksaan gratis tahun depan.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintahan Prabowo – Gibran berencana akan melaksanakan program pemeriksaan gratis tahun depan. Anggaran pelaksanaan program tersebut mencapai Rp 3,3 triliun.  

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menjelaskan, pada tahap awal sebanyak 52 juta penduduk ditargetkan mendapat program pemeriksaan kesehatan gratis tahun 2025.  

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemeriksaan Kesehatan sudah masuk dalam perencanaan APBN tahun 2025. 

“Skrining pada bayi baru lahir, pemeriksaan penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, pemeriksaan thalassemia,” ujar Nadia saat dikonfirmasi Kontan, Kamis (26/9). 

Dihubungi secara terpisah, Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto mengapresiasi rencana pelaksanaan program tersebut. Hal itu sejalan dengan Komisi IX DPR yang ingin memperkuat upaya promotif dan preventif dalam transformasi layanan kesehatan primer.   

Baca Juga: Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,18% di Tahun Pertama Era Prabowo

Edy menyarankan agar pemeriksaan kesehatan gratis sebaiknya diarahkan untuk mengatasi penyakit menular dan tidak menular. Khususnya TBC yang tinggi dan persisten di Indonesia, dimana sebagian besar penderita TBC adalah orang miskin.

“Jika TBC tidak segera diatasi, penderita akan menularkan pada bayi dan anak, menyebabkan kualitas generasi muda buruk, sulit mencapai bonus demografi 2045,” kata Edy. 

Edy menilai, anggaran Rp 3,3 triliun cukup untuk melakukan deteksi dini dan penemuan kasus aktif (active case finding). Sehingga dapat ditemukan penderita di seluruh wilayah Indonesia, sebagai dasar terapi secara komprehensif. 

Hal seperti ini pernah dilakukan Indonesia saat penanganan Covid-19. Negara lain seperti India juga melakukan pemeriksaan TBC secara serentak sehingga insidensi TBC menurun drastis. 

Active case finding TBC dapat dilakukan melalui program Kemenkes yang melibatkan semua layanan kesehatan mitra BPJS Kesehatan,” ujar Edy.

Baca Juga: Soal Jumlah Kementerian Kabinet Prabowo-Gibran, Ini Kata Jokowi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×