Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi dampak perubahan iklim melalui target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan Internasional. Komitmen tersebut tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang sudah ditetapkan di Paris Agreement.
Dalam upaya menurunkan emisi karbon tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan membentuk country platform Energy Transition Mechanism (ETM) atau mekanisme transisi energi yang akan menyusun kerangka pendanaan dan pembiayaan untuk melakukan transisi energi.
Menurut Sri Mulyani, platform ETM tersebut merupakan rencana ambisius Indonesia yang memungkinkan peningkatan infrastruktur energi Indonesia dan mempercepat energi bersih menuju net zerro emission dengan cara yang adil dan terjangkau.
"Kami akan meluncurkan mekanisme transisi energi (ETM)," ujar Sri Mulyani dalam acara Sustainable Finance for Climare Transition Roundtable yang dipantau secara daring, Kamis (14/7).
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Keuangan Negara Tak Cukup untuk Turunkan Emisi Karbon
ETM merupakan suatu bentuk pembiayaan campuran atau blended finance yang dirancang untuk menurunkan emisi karbon dengan mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batubara dan membuka investasi untuk energi bersih.
Adapun inisiatif ETM sendiri telah diluncurkan pada Conference of Party (COP) 26 di Glashow tahun lalu. Platform tersebut merupakan kerangka kerja untuk menyediakan pembiayaan yang diperlukan untuk mempercepat transisi energi nasional dengan memobilisasi sumber pendanaan komersial maupun non komersial secara berkelanjutan.
"Ini benar-benar merupakan tantangan teknis tetapi juga finansial yang sangat menantang bagi kita semua," tutur Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, nantinya ETM ini akan membuat perencanaan menonaktifkan pembangkit litsrik batubara yang menjadi fokus utama dalam transisi energi. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian terpenting dalam menurunkan emisi karbon untuk mencapai target NDC dan juga komitmen untuk net zero emission.
"Penonaktifan rencana pembangkit listrik tenaga batubara adalah salah satu tindakan paling kritis untuk transisi ke ekonomi rendah karbon, dan ETM dapat membantu dalam proses ini," ungkap Sri Mulyani.
Melalui agenda G20 ini, Sri Mulyani mengajak seluruh negara anggota G20 untuk bersama-sama mewujudkan komitmen pendanaan perubahan iklim.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menyambut baik dan menantikan keterlibatan dari investor, termasuk dari organisasi internasional, seperti Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Indonesia Investment Authority (INA), Global Blended Finance Alliance, Glasgow Financial Alliance for Nett Zero (GFANZ), dan juga bank pembangunan multilateral lainnya, sektor swasta, hingga filantropi.
"Inilah yang kami sebut sebagai blended finance, blended commitment, dan blended determinasi untuk dapat menghasilkan platform fund level yang dapat membiayai transisi secara berkelanjutan, adil, dan terjangkau. Ini adalah platform untuk kolaborasi,” ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: Negara Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi Indonesia Aman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News