kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Negara Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi Indonesia Aman


Kamis, 14 Juli 2022 / 04:10 WIB
Negara Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi Indonesia Aman


Sumber: Channelnewsasia.com,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara Sri Lanka bangkrut. Dikhawatirkan, kebangkrutan negara yang merupakan tetangga Indonesia itu akan menjangkiti tetangganya, termasuk Indonesia. 

Namun, menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan, kondisi perekonomian Indonesia aman dan tidak akan mengalami kejadian seperti negara Sri Lanka yang bangkrut. Pasalnya, lanjut Sri Mulyani, Indonesia memiliki ketahanan yang lebih baik. 

Diberitakan sebelumnya, negara Sri Lanka bangkrut setelah gagal mengatasi krisis ekonomi yang parah selama berbulan-bulan. Utang yang dimiliki negara ini menumpuk yang memicu gagal bayar oleh pemerintah Sri Lanka. Di sisi lain, cadangan devisa juga menipis. 

Menurut Sri Mulyani, saat ini perekonomian di seluruh dunia memang sedang mengalami tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di sisi lain, situasi geopolitik Rusia-Ukraina juga berdampak pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi. 

"Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi," ujarnya dalam konferensi pers rangkaian Pertemuan G20 di Bali, Rabu (13/7/2022). 

Baca Juga: Presiden Sri Lanka Melarikan Diri, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Dia bilang, kenaikan inflasi yang tinggi juga dialami oleh negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi. Hingga pada akhirnya, kondisi lonjakan inflasi tersebut membuat negara-negara mengambil kebijakan antisipatif. 

Sri Mulyani mengingatkan, tidak semua negara memiliki ketahanan yang cukup untuk mampu bertahan di tengah ketidakpastian global. 

"Beberapa negara kalau kondisi awalnya tidak kuat, apalagi sesudah dua tahun dihadapkan pada pandemi, ketidakuatan itu dilihat dari berbagai faktor. Pertama, neraca pembayarannya, yaitu apakah trade account, capital account, dan cadangan devisa negara tersebut memadai dampaknya kepada nilai tukar," jelas Sri Mulyani. 

Selain itu, yang juga menjadi faktor adalah ketahanan ekonomi suatu negara berbeda-beda. Terlebih mengingat terjadinya kenaikan harga pangan dan energi, serta kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. 

Baca Juga: Sri Lanka Menyatakan Keadaan Darurat Setelah Presidennya Melarikan Diri



TERBARU

[X]
×