Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan memproyeksikan, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto pada semester kedua sebesar Rp 742,7 triliun atau sebesar 63,3% dari target sesuai Perpres Nomor 72 Tahun 2020 senilai Rp 1.173,1 triliun.
Mengutip dalam laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Semester I-2020, porsi penerbitan SBN di semester kedua lebih tinggi daripada realisasi penerbitan SBN pada kuartal pertama yang sebesar Rp 430,4 triliun.
"Di dalam penerbitan SBN, pemerintah mengutamakan penerbitan SBN dalam mata uang rupiah baik melalui lelang reguler, private placement, maupun penerbitan SBN ritel," sebagaimana dikutip dalam laporan, Senin (13/7).
Baca Juga: Sepanjang semester I-2020, pemerintah terbitkan 3 global bonds
Kebijakan ini, dimaksudkan untuk mendorong pengembangan pasar SBN domestik, mengelola risiko akibat perubahan nilai tukar rupiah, serta mengurangi kepemilikan investor asing pada utang pemerintah.
Selanjutnya, pemerintah akan melakukan optimalisasi private placement, terutama dari investor potensial yang bersumber dari institusi yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pembelian SBN melalui lelang.
Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), akan dikendalikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan kas untuk memitigasi risiko refinancing pada tahun 2021.
Kemudian, penerbitan SBN ritel akan dilakukan secara oportunistis dalam rangka perluasan basis investor dan untuk memitigasi tingginya kepemilikan investor asing pada utang pemerintah.
Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pembiayaan SBN domestik, maka pemerintah akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI). Koordinasi ini diimplementasikan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI.
Di dalam SKB ini, BI dapat membeli SBN jangka panjang di pasar perdana. Selain itu, BI juga akan berfungsi sebagai last resort apabila penerbitan SBN tidak mencapai target dan/atau terjadi kenaikan yield SBN yang terlalu tinggi.
Adapun untuk menghindari crowding out effect penerbitan SBN di pasar domestik, maka pemerintah juga masih berencana menerbitkan SBN valuta asing (valas).
Baca Juga: Realisasi pembiayaan utang sampai Mei 2020 Rp 360,66 triliun
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Luky Alfirman mengatakan, pada semester II-2020 pihaknya akan kembali menerbitkan SBN valas dengan denominasi yen Jepang alias Samurai Bond.
Sebelumnya, pemerintah juga baru saja menerbitkan Samurai Bond dengan nilai sebesar JPY 100 miliar dengan lima seri. Kelima seri tersebut adalah RIJPY0723, RIJPY0725, RIJPY0727, RIJPY0730, dan RIJPY0740.
Luky bilang, pada semester kedua ini pihaknya masih menerapkan strategi oportunistik, fleksibel, dan prudent dalam penerbitan SBN valas. Langkah ini, diambil dalam kondisi pandemi yang diliputi ketidakpastian dan volatilitas.
"Semester dua rencananya kami akan menerbitkan Samurai Bond dalam denominasi yen Jepang," kata Luky, Senin (13/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News