Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Target inflasi tahun 2017 terancam terlewati. Pemerintah mengakui, risiko inflasi tahun depan memang lebih besar dari tahun ini.
Pasalnya, pada tahun depan pemerintah akan menaikan tarif kebutuhan utilitas seperti listrik dan elpiji. Artinya dari sisi administer price atau harga yang diatur pemerintah akan terjadi inflasi yang lebih besar dari pada tahun ini.
Mengingat, sepanjang tahun 2016 ini pemerintah memang tidak pernah menaikan tarif untuk listrik maupun elpiji. Sehingga, inflasi secara keseluruhan masih bisa di bawah 4%.
Menteri Kooordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tahun 2017 pemerintah menargetkat inflasi di level 4% dalam APBN. Jika ada kenaikan administer price, maka inflasi bisa meningkat di atas itu.
Sebagai catatan, inflasi harga pangan bergejolak pada tahun kalender tahun 2016, hingga bulan November tercatat -0,76%. Bandingkan dengan tingkat inflasi untuk harga pangan bergejolak yang mencapai 5,42%. "Kecuali, kalau kita bisa menekan dan mengendalikan inflasi dari harga makanan bergejolak, atau volatile food," kata Darmin, Senin (19/12).
Namun, langkah itu tentu tidak mudah. Sebab, menurut Darmin tingkat inflasi untuk harga pangan bergejolak pada tahun 2016 lalu memang tergolong tinggi.
Untuk itu, Darmin mengaku dalam waktu dekat akan menyiapkan kebijakan, yang bisa mengelola harga pangan bergejolak. Hanya saja, Ia tidak secara rinci menyebutkan langkah-langkah yang akan dilakukannya itu.
Yang jelas, Ia berkomitmen untuk menjaga inflasi tidak melebihi target, sebab dampaknya akan sangat besar bila terjadi. Salah satunya, terhadap tingkat bunga yang juga bisa meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News