Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute Hanta Yuda mengatakan pembunuh partai nomor satu adalah kasus dugaan korupsi yang menjerat kader partai. Isu korupsi dianggap dapat menjatuhkan elektabilitas suatu partai politik.
“Survei kami mencari faktor kegagalan parpol secara umum, pembunuh partai nomor satu adalah korupsi, kedua menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap partai, pemberitaan, selanjutnya konfilk internal,” kata Hanta dalam diskusi bertajuk “Setelah Atut Tersangkut” di Jakarta, Sabtu (21/12).
Hanta lantas mencontohkan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera yang mengalami degradasi setelah ketua umumnya terjerat kasus korupsi. Anas Urbaningrum, mantan ketua umum Partai Demokrat terjerat kasus dugaan korupsi Hambalang, dan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang divonis 16 tahun penjara dalam kasus suap dan pencucian uang kuota impor daging sapi.
Menurut Hanta, dampak kasus korupsi begitu hebat bagi dua partai tersebut karena keduanya menjadikan isu antikorupsi sebagai jantung elektoral. “Tapi kalau Golkar, tidak menempatkan di jantungnya. Golkar memang paling tinggi tingkat kelembagaannya. Jadi kalau mau menjatuhkan Golkar dengan isu korupsi, itu keliru. Kalau poros politik, antara JK dengan Aburizal Bakrie, kalau itu diputar, itu yang relatif lebih berpengaruh,” kata Hanta.
Dia menanggapi pertanyaan moderator diskusi mengenai kasus dugaan korupsi yang menjerat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga pengurus Partai Golkar tersebut. Berbeda dengan Partai Demokrat dan PKS, menurut Hanta, isu korupsi tidak berpengaruh besar terhadap elektabilitas Golkar secara nasional meskipun pengaruhnya tetap besar di regional Banten.
Meski demikian, Hanta mengingatkan Golkar agar tetap mengantisipasi agar kasus dugaan korupsi yang menjerat Atut isunya tidak menguat. Dia juga mengingatkan Golkar bahwa ada figur di luar partai yang patut diwaspadai.
“Justru ada figur kuat di luar Golkar dan bisa menggerus suara Golkar. Kita ingat 2009, 2004 magnet SBY yang sangat kuat. Harus diantisipasi kalau Jokowi sangat mungkin ambil suara Golkar ke PDIP, tapi Golkar juga tidak boleh remehkan kasus korupsi ini, antisipasi isu itu agar tidak menguat,” ujarnya.(Icha Rastika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News