Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Populasi besar, bisnis ritel di Indonesia masih bisa berkembang
Adapun suku bunga domestik Indonesia yang masih terlampau mahal juga menjadi kekhawatiran investor. Terlebih, Indonesia sendiri merupakan negara dengan net interest margin (NIM) bank tertinggi di ASEAN, sedangkan investor juga masih mengandalkan pinjaman kredit dari lembaga keuangan.
Alasan lainnya adalah tingkat inovasi di dalam negeri yang masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari biaya riset terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang hanya sebesar 0,3%. Artinya, investor akan membeli paten lebih banyak dari luar negeri.
Terakhir, adanya stabilitas politik terutama menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilihan umum (pemilu) yang menjadikan risiko investasi menjadi naik.
Baca Juga: Pemerintah pastikan bidang usaha ini masuk ke daftar prioritas investasi
Selain itu, Bhima juga menyatakan salah satu masalah terbesar yang sering kali dialami oleh Indonesia adalah adanya ketidakpastian hukum atau ketidakpastian kebijakan.
"Terkait kepastian kebijakan dan hukum, dalam laporan Indeks Daya Saing Global, masalah terbesar ke-lima di Indonesia adalah adanya ketidakpastian hukum atau ketidakpastian kebijakan. Hal itu disebabkan oleh pergantian rezim menteri yang kemudian berpengaruh pula pada penggantian aturan," kata Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News