Reporter: Indra Khairuman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan rupiah memberikan dampak signifikan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Efeknya dirasakan baik terhadap penerimaan maupun belanja negara.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia UI), Teuku Riefky mengatakan, dari sisi penerimaan, pelemahan rupiah berpotensi meningkatkan pendapatan ekspor. Sebab, eksportir akan menerima penghasilan dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Sementara belanja mereka, dalam mata uang domestik. Alhasil,
"Seharusnya aktivitas ekonominya bisa meningkat atau net income-nya meningkat. Kemudian kontribusi pajaknya juga bisa meningkat," kata Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (3/3).
Baca Juga: Data Ekonomi Domestik Dukung Rupiah di Tengah Kekhawatiran Tarif Trump, Senin (3/3)
Sedangkan dari sisi belanja, pelemahan rupiah akan membuat biaya impor, terutama untuk migas, semakin mahal.
“Dengan rupiah yang terus melemah, pasti akan ada beban fiskal dari sisi kebutuhan untuk mengimpor migas,” ujar Riefky.
Hal ini berpotensi meningkatkan tekanan pada APBN, khususnya pada belanja modal yang juga akan naik.Riefky menekankan bahwa meskipun ada peluang dari sektor ekspor, tekanan dari sisi impor akan lebih besar.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Beban APBN 2025 Semakin Meningkat
“Tekanan dari sisi impor akan lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari ekspor,” tambahnya.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap asumsi nilai tukar dalam APBN dan menerapkan strategi yang tepat untuk menjaga keseimbangan fiskal serta memanfaatkan peluang yang ada di sektor ekspor.
Selanjutnya: Kepala BGN Sebut Makanan yang Dibawa Pulang Buat Buka Puasa Tahan Lama
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (4/3): Berawan dan Hujan Ringan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News