Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan fenomena yang luas dan mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang semakin lemah serta meningkatnya ketidakpastian global.
"Itu mengarah pada penilaian ulang permintaan global untuk aset dolar," ujar Direktur Departemen Riset Dana Moneter Internasional (IMF), Pierre-Olivier Gourinchas dalam konferensi pers yang dipantau secara daring, Selasa (22/4).
Ia menambahkan, setelah beberapa tahun mengalami arus masuk modal yang besar ke pasar keuangan AS, terutama ke pasar berisiko, kini pasar mulai menyesuaikan diri.
Baca Juga: Alarm dari IMF: Potensi Resesi Global Naik Dua Kali Lipat Efek Perang Dagang
Meski begitu, ia menegaskan bahwa belum terlihat adanya tanda-tanda tekanan besar di pasar, termasuk di pasar valuta asing.
Yang menarik, menurut Gourinchas, adalah bagaimana dampaknya terhadap negara-negara berkembang.
Di masa lalu, kata dia, penguatan dolar sering kali membawa beban berat bagi negara berkembang karena banyak dari mereka memiliki utang dalam denominasi dolar.
Namun saat ini, pelemahan dolar justru memberi ruang fiskal dan meredakan tekanan likuiditas.
Gourinchas memperingatkan bahwa meskipun kondisi keuangan menjadi sedikit lebih longgar, tekanan tetap ada dari sisi perdagangan.
Baca Juga: Efek Perang Dagang, IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 2,8%
Ketidakpastian global yang tinggi, disertai peningkatan tarif dan volatilitas, menghambat investasi serta aktivitas ekonomi, terutama di negara-negara berkembang yang sangat tergantung pada rantai pasok global.
Hal ini yang membuat IMF kini menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk sebagian besar negara berkembang pada 2025 dan 2026.
"Sementara karena mereka juga sangat terhubung dengan rantai pasokan global, ketidakpastian tersebut menyebabkan jeda dalam investasi dan aktivitas, dan mereka akan menderita karena penurunan permintaan untuk produk mereka yang berasal dari tarif," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News