kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Panen raya redamkan inflasi Maret


Senin, 13 Maret 2017 / 09:29 WIB
Panen raya redamkan inflasi Maret


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Laju inflasi bulan Maret 2017 diperkirakan lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya. Perlambatan laju kenaikan harga barang dan jasa secara umum atau inflasi di bulan ini karena masuknya musim panen raya padi di sejumlah daerah di Indonesia.

Menurut hasil survei harga mingguan yang dilakukan Bank Indonesia (BI), hingga pekan kedua Maret 2017, inflasi Maret 2017 masih sebesar 0,18%. "Jadi upaya kami menjaga inflasi masih baik. Ini membuat kami optimistis stabilitas ekonomi Indonesia terjaga. Kondisi ini masih baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo, Jumat (10/3)

Tanpa mengatakan hasil survei pekan sebelumnya, Agus mengatakan, hasil survei pekan kedua Maret 2017 sebesar 0,18%. Ini lebih rendah dibandingkan dengan survei pekan pertama. Dengan tren itu, BI yakin inflasi bulan Maret lebih rendah dari Februari 2017 dicatatkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,23%.

Apalagi berdasarkan tren inflasi lima tahun ke belakang, inflasi pada bulan Maret memang selalu tercatat di bawah 0,2%. Data BPS menunjukkan, rata-rata inflasi bulan Maret lima tahun ke belakang sebesar 0,23%. Inflasi lebih tinggi sebesar, yakni 0,63% hanya terjadi pada Maret 2013.

Menurut catatan KONTAN, kenaikan inflasi yang tinggi pada Maret 2013 terjadi sebagai akibat dari kenaikan sejumlah harga bahan makanan bergejolak (volatile food)

seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Bahkan andil bahan makanan ke inflasi Maret 2013 mencapai 0,51%, disusul makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,07%.

Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi juga memprediksi, inflasi bulan ini berpotensi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi Maret 2017 akan didorong kenaikan tarif listrik 900 volt ampere (VA) tahap kedua. Seperti diketahui, kenaikan tarif listrik tahap I dilakukan Januari lalu setelah pencabutan subsidi listrik.

Meski ada tekanan dari tarif listrik, adanya beberapa daerah yang memasuki musim panen telah mendorong penurunan harga pangan, khususnya beras. "Masih belum finalisasi angkanya, tetapi (proyeksi inflasi Maret) sementara sekitar 0,1%," kata Eric kepada KONTAN, Minggu (12/3).

Eric melihat, masih ada potensi inflasi lebih dari 0,1%. Akan tetapi ia optimistis inflasi bulan ini tak akan melebihi angka 0,2%. Sementara deflasi lanjut dia, berpotensi terjadi di April mendatang.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, secara umum tantangan inflasi tahun ini berasal dari harga yang diatur pemerintah (administered prices). Yang perlu dilakukan pemerintah dan BI adalah mensukseskan subsidi non-tunai untuk beras dan gula. "Kalau menang administered prices maka inflasinya naik. Oleh karena itu harus bisa dikompensasi penurunan inflasi dari volatile food," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×