kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pandemi virus corona, IGI usulkan tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021


Kamis, 04 Juni 2020 / 18:10 WIB
Pandemi virus corona, IGI usulkan tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021
ILUSTRASI. IGI usulkan, tahun ajaran baru digeser ke Januari


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang masih terjadi di Indonesia membuat Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengusulkan agar tahun ajaran baru dapat digeser ke Januari 2021. 

Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim mengatakan, banyak pertimbangan mengapa tahun ajaran baru harus digeser maksimal hingga awal tahun depan. Dari survei yang dilakukan IGI terhadap kurang lebih 3.000 responden yang merupakan orang tua murid, sekitar 85,3% menolak jika dilakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.

"Mereka memilih anaknya tidak sekolah kalau zona merah diberlakukan kegiatan sekolah, karena mereka tidak percaya protokol kesehatan akan berjalan baik di sekolah. Kemudian alasan lain adalah anak-anak tidak kebal corona atau rentan terpapar," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/6).

Baca Juga: Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah zona hijau covid-19 bisa dibuka kembali

Orang tua juga mengaku resah jika diberlakukan kegiatan belajar secara langsung. Di satu sisi, orang tua murid khawatir anaknya terpapar jika berada di luar rumah tetapi juga ada khawatir jika anak mendapat sanksi ketika tak berangkat sekolah.

Alasan lain mengapa tahun ajaran baru diusulkan digeser adalah disesuaikan dengan waktunya tahun anggaran. Ramli menerangkan, fakta yang ada selama ini banyak kepala sekolah yang berutang lantaran dana BOS terlambat cair.

"Selama ini faktanya banyak kepala sekolah yang utang karena dana BOS terlambat cair. Kalau disesuaikan tahun anggaran kan sudah tidak ada masalah itu karena ujian nasional dan ujian lain di Desember bukan Juli atau April," tambah Ramli

Saat ini, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) juga dinilai belum berjalan dengan maksimal. Ada 60% guru belum menguasai kemampuan untuk menggunakan teknologi bagi pembelajaran jarak jauh.

Kemudian hanya 10% yang mampu melaksanakan PJJ dengan menyenangkan dan berkualitas, sedangkan 30% pengajar melakukan PJJ hanya belum tentu menyenangkan.

Baca Juga: Anies sebut kegiatan yang dilonggarkan di masa transisi bisa dihentikan kembali

"Usulan maksinal tahun ajaran baru digeser hingga Januari. Kemudian 6 bulan ini digunakan untuk ditingkatkan kompetensi guru dulu, ya dua sampai 3 tiga bulan pelatihan," imbuhnya.

Belum lagi, mayoritas guru saat ini akan masuk masa pensiun. Artinya, mereka juga masuk kategori usia rawan terpapar virus Covid-19.

"Jangan dipaksakan ini tidak ada alasan mendasar kenapa pendidikan harus didorong bersamaan dengan ekonomi untuk new normal. Kami pahami, ekonomi perlu didorong tapi kalau pendidikan tidak masalah belajar tahun depan," pungkas Ramli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×