Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adaptif dalam setiap kondisi menjadi hal yang perlu dilakukan pelaku usaha terutama di tengah kondisi pandemi virus corona atau Covid-19 seperti saat ini, termasuk oleh para pelaku UMKM di Indonesia.
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P. Kumala menuturkan pihaknya mendorong para mitra UMKM binaan untuk adaptif dengan melakukan improvement agar dapat mempertahankan bahkan memajukan bisnisnya melalui pasar yang baru. Terdapat strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk membantu UMKM mitra binaan YDBA terus tumbuh dan berkembang memasuki era new normal.
Strategi jangka pendek, kata Sigit, yaitu dengan mendorong UMKM untuk mengoptimalkan media online sebagai media untuk memperkenalkan produk dan memperluas pasarnya. Tak hanya itu, meski di tengah pandemi YDBA juga tetap mengadakan pelatihan kepada UMKM yang saat ini dilakukan secara online.
Baca Juga: Ini jurus Kemenkop dan UKM bantu UMKM bangkit pasca pandemi corona
Adapun strategi panjang YDBA bagi UMKM mitra binaan yaitu memperbanyak partner melalui kolaborasi dengan pelaku pentahelix, terutama dalam menggali peluang bisnis bagi UMKM.
"Kami akan perbanyak patner atau rekanan melalui kolaborasi pentahelix terutama dengan menggali keluhan UMKM. Kolaborasi pentahelix ini libatkan 5 unsur yaitu pemerintah, komunitas, masyarakat, akademisi dan pengusaha," jelas Sigit dalam teleconference sharing UMKM dengan tema “Adaptive melakukan Improvement di Tengah
Pandemi Covid-19” pada Jumat (12/6).
Melalui kolaborasi tersebut Sigit berharap dapat mempermudah langkah untuk mengembangkan dan menjadikan UMK mandiri dan siap go internasional.
Salah satu contoh adaptif melalui perbaikan di tengah pandemi dari mitra UMKM binaan YDBA adalah menangkap peluang produksi alat pelindung diri (APD).
Contohnya, salah satu pelaku UMKM binaan YDBA yakni Abdul Manap, pemilik UD Karunia Mandiri di Tarikolot, Citeureup, Bogor. Abdul mengungkapkan, pandemi Covid-19 membuat usaha produksi akaesori atau bracket kendaraan roda dua miliknya menurun.
Penurunan penjualan aksesoris kendaraan roda dua dirasakan pada bulan Februari hingga Maret. Pada Januari 2020, Abdul mendapat pesanan 1.650 bracket, lalu menurun menjadi 1.100 buah pada Februari dan merosot jadi 640 buah barcket pada Maret lalu.
"Kami hampir dibilang mati suri bisa makanya di bulan Maret itu saya banyak sharing sama pengurus YDBA terkait perjalanan usaha saya, ada masukan bagaimana kalau kita coba produk face shield," cerita Abdul.
Baca Juga: Teten Masduki ingin aplikasi GrabMerchant dorong percepatan UMKM go digital
Usai beralih ke produksi face shield, Abdul mengakui usahanya mendapatkan omzet yang naik signifikan. April lalu, Manap mendapat pesanan 397 buah face shield kemudian naik jadi 1.100 pada bulan Mei dan 1.082 face shield pada bulan Juni ini.
"Omzet saya tuh dulu Rp 7 juta per bulan. Sekarang sebulan Alhamdulillah kurang lebih Rp 45 juta ada itu sebulan pengerjaan dari face shield APD. Angka yang fantastis buat saya. Alhamdulilah sekali apa ya improve yang bener-bener terkait Covid-19 ini yang lain yang semoga bisa berperan memberantas Covid-19 kita juga masih bisa sambil tetap berusaha," jelas Abdul.
Manap membandrol produk face shield seharga Rp 20.000 dengan bahan PVC yang Ia jamin memiliki kualitas yang baik dan nyaman dipakai.
"Kami ada pesanan 2.000 buah dari Astra Honda Motor (AHM) yang dikerjakan dua tahap. Ada testimoni dari dokter juga konsumen kita. Dan dia bilang ini masuk standar medis, Alhamdulillah. Lalu yang AHM pesan juga belum ada komplain," imbuhnya.
UMKM binaan YDBA lainnya yang juga melakukan perbaikan ialah Retno, UMKM Citra Handicraft yaitu tas. Retno kini beralih membuat masker kain dan daster yang menjadi kebutuhan para wanita di tengah kegiatan work from home (WFH) yang berlangsung sejak April 2020.
Baca Juga: Arya Paramita VP CSR Pertamina: UKM Binaan kami berhasil switch bisnis saat pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News