Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Orang dekat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar, Muhtar Ependy, mengaku mendapat ancaman dan diteror oleh beberapa calon kepala daerah serta sejumlah pihak setelah menjalani pemeriksaan oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut Muhtar, ia disangka makelar oleh para kepala daerah tersebut dalam pengurusan sengketa pilkada di MK.
"Setelah saya diperiksa KPK, saya mengalami depresi dan teror dari bupati yang kalah," kata Muhtar, ketika bersaksi dalam sidang kasus dugaan suap pengurusan sengketa pilkada dan pencucian uang dengan terdakwa Akil di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (24/3/2014).
Muhtar mengatakan, teror itu di antaranya dari calon bupati Banyuasin, Hazuar Bidui; calon wali kota Palembang, Sarimuda; dan calon bupati Empat Lawang, Joncik Muhammad.
Selain itu, Muhtar juga mengaku mendapatkan teror dari anak buahnya sendiri, yaitu Niko Fanji Tirtayasa. Muhtar menuding Niko memanfaatkan kasus Akil agar bisa merebut perusahaannya. Ia kemudian mencabut berita acara pemeriksaan (BAP) saat menjalani pemeriksaan oleh KPK dalam penyidikan kasus Akil. Muhtar telah diperiksa lebih dari lima kali oleh KPK. Ia juga mengaku telah mengarang BAP saat diperiksa penyidik. Menurut dia, hal itu dilakukan demi keselamatan dirinya dan keluarganya.
"Ada yang saya tidak sampaikan karena saya takut di bawah tekanan, diteror," katanya.
Seperti diketahui, Akil juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang sejak ia masih menjabat anggota DPR hingga menjadi Ketua MK. Nilai pencucian uang saat menjadi Ketua MK mencapai Rp 161 miliar, sedangkan saat menjadi anggota DPR sekitar Rp 20 miliar.
Dalam penyidikan kasus pencucian uang ini, KPK telah menyita puluhan mobil dan sepeda motor dari Muhtar. Muhtar diduga sebagai pihak yang berperan aktif menyamarkan asal-usul harta kekayaan Akil. Muhtar juga diketahui memiliki usaha produksi atribut kampanye pilkada, ikan arwana, dan showroom mobil. (Dian Maharani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News