kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Omnibus Law Cipta Kerja juga revisi UU Pers, apa isinya?


Jumat, 14 Februari 2020 / 11:59 WIB
Omnibus Law Cipta Kerja juga revisi UU Pers, apa isinya?
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) menyerahkan surat presiden (surpres) tentang Rancangan Undang-undang (RUU) Cipta Kerja kepada pimpinan DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Surpres b


Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sebelumnya pada pasal 18 UU Pers, sanksi pidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta. Dalam Omnibus Law, sanksi denda naik menjadi paling banyak Rp 2 miliar. 

Namun di sisi lain, pemerintah juga memperberat sanksi terhadap perusahaan pers yang melanggar kewajiban sesuai pasal 5 UU Pers, yaitu kewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah, serta kewajiban melayani hak jawab. 

Sanksi juga berlaku untuk perusahaan iklan yang telah diatur dilarang memuat iklan tertentu seperti pada pasal 13 UU Pers. 

Baca Juga: Pesangon pekerja terancam hilang, KSPI tolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja

Omnibus Law mengatur, perusahaan pers yang melanggar kewajiban dan ketentuan tersebut dipidana dengan denda paling banyak Rp 2 miliar, naik dari aturan sebelumnya paling banyak Rp 500 juta. 

Sementara, perusahaan pers yang melanggar ketentuan pasal 9 ayat 2 serta pasal 12 UU Pers nantinya hanya akan dikenakan sanksi administratif. Sebelumnya, pelanggaran terhadap pasal-pasal tersebut dikenakan sanksi pidana denda maksimal Rp 100 juta. 

Ketentuan pasal 9 ayat 2 tersebut mengharuskan setiap perusahaan pers berbentuk badan hukum Indonesia, sedangkan pasal 12 UU Pers mewajibkan perusahaan pers mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan, termasuk nama dan alamat percetakan untuk perusahaan penerbitan pers. 

Adapun, ketentuan mengenai jenis, besaran, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×