Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sosok Jakob Oetama begitu lekat dengan adagium latin, "Fortiter in Re, Suaviter in Modo" artinya keras dalam prinsip halus dalam cara selama menjalankan roda bisnis Kompas Gramedia. Namun setelah lebih dari setengah abad Jakob Oetama menjadi nakhoda di Kompas Gramedia, pada Rabu (9/9) beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Almarhum meninggal dunia dengan tenang di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13:05 WIB dalam usia 88 tahun.
Jakob Oetama selalu dikenal sebagai sosok yang mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme. Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral mengatakan Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia.
"Beliau sekaligus teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia. Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya," jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (9/9).
Baca Juga: Mengenang Jakob Oetama yang selalu menekankan etika jurnalistik tinggi
Jakob Oetama menanamkan nilai humanisme transedental sebagai fondasi bisnis Kompas Gramedia, idealisme dan falsafah hidupnya turut menyuburkan setiap sayap bisnis KG. Satu tujuan utama yang selalu dibanggakan Almarhum adalah bisa mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
Jakob Oetama adalah jurnalis senior dan tokoh pers nasional. Beliau lahir pada 27 September 1931 di Desa Jowahan, Borobudur, Jawa Tengah. Di masa mudanya, Jakob mengimpikan menjadi guru seperti ayahnya.
Cita-citanya pun terwujud, Jakob sempat mengajar di SMP Mardi Yuwana Cipanas, Sekolah Guru Bagian B (SGB) Lenteng Agung Jagakarsa, dan SMP Van Lith Jakarta. Lewat pengalamannya sebagai guru dan berkat belajar ilmu sejarah, minat menulis tumbuh sebagai bibit awal Jakob Oetama terjun ke dunia jurnalistik.
Karier Jakob Oetama di dunia jurnalistik bermula dari pekerjaan barunya sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta. Pada 1963, bersama rekan terbaiknya, Almarhum Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia.
Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965. Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan.