CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   0,00   0,00%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Mengenang Jakob Oetama yang selalu menekankan etika jurnalistik tinggi


Rabu, 09 September 2020 / 17:42 WIB
Mengenang Jakob Oetama yang selalu menekankan etika jurnalistik tinggi
ILUSTRASI. Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama saat perayaan ulang tahun KONTAN, September 2001.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tokoh pers nasional dan pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, wafat pada Rabu (9/9) pukul 13.05 WIB. Jakob Oetomo meninggal dunia dalam usia 88 tahun.

Dari seorang guru, Jakob Oetama kemudian beralih profesi menjadi wartawan dan kemudian melahirkan surat kabar Kompas hingga besar seperti sekarang.

Awalnya, Jakob Oetama memulai karier sebagai pendidik alias guru di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga akhirnya di medio 1960-an mulai membangun cikal bakal Kompas Gramedia, yakni majalah Intisari bersama sahabatnya Petrus Kanisius (PK) Ojong. Eratnya persahabatan Jakob Oetama dengan PK Ojong bisa jadi berawal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut.

Hal itu juga yang menjadikan Jakob dan Ojong melahirkan majalah tersebut yang edisi perdananya terbit pada 17 Agustus 1963. Duet Jakob dan Ojong sepakat untuk melahirkan majalah berlandaskan kemanusiaan, yang berisi saripati ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.

Baca Juga: Jokowi sebut Jakob Oetama jurnalis sejati yang mengkritik dengan halus dan santun

Namun, kehadiran Intisari tampaknya belum cukup. Sebab, beberapa tahun kemudian duet Jakob-Ojong melahirkan koran yang dimaksudkan dapat menjadi alternatif, pilihan lain dari banyaknya media partisan yang terbentuk akibat kondisi politik pasca-Pemilu 1955 itu.

Kelak, koran itu dikenal dengan nama Kompas. Kehadiran surat kabar Kompas berawal dari situasi politik yang terbilang tegang dan begitu terpolarisasi ketika itu.

Jakob Oetama dan PK Ojong mempunyai harapan koran baru, Kompas, itu bukan corong partai, berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia. "Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," ujar Jakob saat itu.

Seiring berkembangnya usaha media cetak, Jakob Oetama juga turut mendirikan media ekonomi yakni Kontan. Jakob menyebutkan dalam perkembangan bangsa yang pesat ini ia melihat masalah-masalah ekonomi yang selalu dialami setiap insan semakin penting didalami.

"Kami terpanggil untuk menyediakan media yang menjawab tantangan itu. Sebuah media ekonomi & bisnis yang bukan hanya menyajikan informasi, tapi juga analisis yang dalam dengan penyajian yang ringan, populer dan menghibur pembaca," tutur Jakob kala itu.

Hingga tutup usia, Jakob Oetama tetap menanamkan pentingnya nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik tinggi dalam setiap laporan yang ditulis media di Kompas Gramedia. Jakob selalu menekankan, pengembangan bisnis harus sejalan dengan kepercayaan pembaca.

Oleh karena itu, menjadi media yang dipercaya merupakan salah satu nilai yang dikedepankan. Selamat jalan Pak Jakob Oetama, karya dan keteguhanmu menginspirasi kami!

Selanjutnya: Presiden Jokowi sebut Jakob Oetama tokoh bangsa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×