Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia masih akan mencatatkan defisit hingga akhir tahun 2023.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, neraca transaksi berjalan akan defisit 0,28% hingga 0,00% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun 2023. Meski begitu, Ia menilai defisit transaksi berjalan ini masih terkendali.
“Kami mengantisipasi current account akan mencatat defisit kecil sebesar 0,28% hingga 0,00% dari PDB pada tahun 2023, dibandingkan dengan surplus 0,96% dari PDB pada tahun 2022,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).
Perkiraan defisit tersebut lanjutnya, akan mendukung apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir tahun 2023.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang di November 2023 Diperkirakan Menyusut, Ini Alasannya
Oleh karena itu, Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan ditutup pada kisaran Rp15.200 - Rp15.400 per dolar AS, menyusul pergeseran sikap The Fed yang lebih dovish.
Di sisi lain, Josua juga menilai kinerja ekspor akan melambat hingga akhir tahun karena dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global, juga diperkirakan akan diimbangi oleh kinerja impor yang relatif kuat.
“Ketahanan ini disebabkan oleh kekuatan ekonomi domestik yang bertahan, didorong oleh inflasi yang terkendali, permintaan yang kuat, dan kelanjutan Proyek Strategis Nasional,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News