Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
Ekonom Maybank Indonesia Juniman juga memperkirakan, neraca dagang April ini akan susut menjadi US$ 480 juta. Penyebabnya, karena ekspor dan impor sama-sama turun dibanding bulan sebelumnya. Tapi, penurunan ekspor lebih dalam dibanding impor.
Menurut Juniman, penurunan ekspor terutama disebabkan oleh permintaan dari mitra dagang yang kembali normal di bulan April setelah melonjak pada Maret lalu.
Selain itu, penurunan ekspor juga disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas, yakni CPO, timbal, dan seng serta proteksi perdagangan Amerika Serikat.
Sementara penurunan impor, lebih disebabkan oleh penurunan impor beras karena adanya musim panen raya di dalam negeri dan adanya pelemahan kurs rupiah.
"Sementara pengaruh permintaan untuk persiapan ramadan dan lebaran belum banyak di April 2018 dan baru akan banyak di Mei, terutama untuk stabilitas harga," kata Juniman.
Makanya, ia memperkirakan impor akan melonjak di bulan ini sehingga membuat surplus neraca dagang Mei diperkirakan akan kembali menyusut menjadi sekitar US$ 200 jutaan saja.
Di Juni dan Agustus, bahkan Juniman memperkirakan neraca dagang mencatat defisit sehingga surplus sepanjang tahun hanya akan mencapai US$ 3,16 miliar saja.
Sementara Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra juga memperkirakan, surplus neraca perdagangan April lalu menyusut menjadi sebesar US$ 601 juta. Ramalan Aldian, ekspor tumbuh 17,7% YoY dan impor tumbuh 25,8% YoY, atau naik dibanding Maret 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News