Reporter: Agus Triyono | Editor: Edy Can
JAKARTA. Neraca perdagangan 2012 ternyata defisit. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai defisit neraca perdagangan 2012 mencapai US$ 1,63 miliar.
BPS menghitung defisit terjadi karena nilai ekspor 2012 lebih rendah dari impor. Nilai ekspor 2012 hanya mencapai US$ 190,04 miliar. Sedangkan, nilai impor 2012 sebesar US$ 191,67 miliar.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan ekspor 2012 mengkerut karena menurunnya nilai ekspor beberapa komoditas ekspor andalan utama. Untuk ekspor komoditas minyak dan gas saja misalnya, BPS hanya mampu mencapai US$ 36,97 miliar. Angka tersebut menurun US$ 4,5 miliar atau sebesar 10,86 % jika dibandingkan dengan nilai ekspor untuk komoditas yang sama pada 2011 kemarin yang mencapai US$ 41,47 miliar.
Penurunan yang sama, juga terjadi pada komoditas non migas. Jika pada 2011 kemarin total nilai ekspor non migas bisa mencapai US$ 162,019 miliar sementara pada 2012 nilai ekspor tersebut turun 5,52% menjadi US$ 153,071 miliar saja. “Secara volume ekspor komoditas tersebut memang meningkat tapi karena nilainya turun dampaknya secara total ke nilai juga turun,” kata Suryamin Jumat (1/2).
Di sisi impor terjadi peningkatan di beberapa komoditas. Untuk impor golongan barang konsumsi saja, nilai impor melonjak dari US$ 13,392 miliar menjadi US$ 13,415 miliar.
Kenaikan juga terjadi pada impor bahan baku dan penolong serta barang modal. Nilai impornya melonjak dari US$ 164,03 pada 2011 menjadi US$ 178,25 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo optimis pada 2013 ini defisit neraca perdagangan tidak terjadi lagi. Dia yakin lantaran menguatnya volume ekspor dan membaiknya harga komoditas. “Kita bisa surplus lagi terutama dari sisi non migas, non migas akan kembali menutupi lemahnya ekpsor kita pada tahun 2013 ini karena kita pada dasarnya memang jago di situ,” kata Sasmito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News