Reporter: Adi Wikanto, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang triwulan keempat tahun lalu bakal kembali mencetak surplus. Tapi, angka surplusnya tidak bakal sebesar kuartal ketiga 2014. Meski begitu, surplus NPI itu bisa mengurangi defisit yang terjadi pada neraca transaksi berjalan.
Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI), menyatakan, neraca pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan IV–2014 bakal mencetak surplus sekitar US$ 2 miliar. Angka ini memang turun jauh ketimbang triwulan III–2014 yang menorehkan surplus sebanyak US$ 6,48 miliar.
Menurut Juda, surplus NPI pada triwulan IV–2014 terbatas lantaran arus modal yang keluar dari Indonesia atawa capital outflow sangat besar. Ini juga yang menyebabkan cadangan devisa negara kita turun pada akhir 2014.
Pada September 2014, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 111,2 miliar. Kemudian naik US$ 800 juta menjadi US$ 112,0 miliar di Oktober. Pada November, cadangan devisa turun US$ 900 jadi US$ 111,1 miliar. Penurunan ini imbas aktivitas BI melakukan operasi pengendalian moneter dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Tapi, di Desember 2014 lalu, cadangan devisa kita kembali naik menjadi US$ 111,8 miliar.
Meskipun terjadi capital outflow, bank sentral menghitung masih ada capital inflow yang lumayan besar pada triwulan IV–2014. "Inflow-nya sekitar US$ 18 miliar," ujar Juda akhir pekan lalu.
Untuk keseluruhan tahun 2014, BI mencatat, terjadi inflow sebesar US$ 23 miliar. Ini yang kemudian menopang transaksi finansial untuk mencetak surplus dan bisa mengurangi defisit transaksi berjalan di triwulan IV–2014. BI memperkirakan, defisit transaksi berjalan di tiga bulan terakhir tahun lalu US$ 6,2 miliar.
Tanpa capital inflow yang kencang sepanjang 2014 lalu, ekonomi Indonesia tentu bisa semakin tertekan. Cadangan devisa juga bisa terkuras lebih dalam lagi untuk menutupi defisit di berbagai pos neraca pembayaran Indonesia.
Berpotensi naik
Sedang tahun ini, BI memproyeksikan, potensi NPI untuk bisa surplus terus berlanjut. Kondisi fiskal yang membaik dengan berbagai reformasi kebijakan di bidang energi akan membangun optimisme dari sektor riil.
Dari sisi ekonomi, pertumbuhan Indonesia masih relatif tinggi, dan negara kita adalah negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi struktural. "Ini yang menimbulkan optimisme di 2015, baik dari sisi inflow portofolio dan investasi langsung," ungkap Juda.
Senada, proyeksi Juniman, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), NPI pada triwulan IV–2014 akan surplus sekitar US$ 2 miliar–US$ 3 miliar. Meskipun outflow gede, inflow yang terjadi masih cukup besar.
Untuk tahun ini, Juniman melihat BI mempunyai ruang untuk bisa memperbesar surplus NPI. Reformasi struktural yang dilakukan pemerintah akan mendorong tingkat kenyamanan dan kepercayaan para investor. Alhasil, pundi-pundi cadangan devisa bisa lebih besar. "Cadangan devisa tahun ini akan bisa mencapai US$ 116 miliar–US$ 117 miliar," terang Juniman.
Walau inflow masih terjadi dan nilai cadangan devisa berpotensi lebih besar, nilai tukar rupiah cenderung sedikit melemah tahun ini. Yang dicermati investor adalah kondisi global terutama kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). Maka dari itu, pergerakan rupiah tahun ini berada pada Rp 12.400–Rp 12.800 per dollar AS.
Menurut Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Aset Manajemen, kunci inflow tahun ini adalah likuiditas global dan rencana kenaikan suku bunga AS. Yang bisa diharapkan Indonesia adalah, perbaikan outlook rating oleh Standard & Poor (S&P) ke posisi investment grade.
Kalau terjadi kenaikan rating, maka akan ada aliran dana yang lebih besar masuk ke Indonesia. Reformasi kebijakan struktural yang telah dilakukan pemerintah diharapkan juga bisa menaikkan peringkat Indonesia yang saat ini pada posisi BB+.
Pasalnya, ada beberapa negara seperti Jepang yang asuransi dan dan pensiunnya hanya boleh membeli aset di negara dengan peringkat rating investment grade. "Kalau peringkat utang S&P ini naik akan sangat membantu Indonesia. Indonesia perlu melobi S&P untuk dapat peringkat tersebut," papar Lana. Kalau ini terjadi, surplus NPI akan bisa berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News