Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2014 membaik di tengah tekanan defisit transaksi berjalan yang meningkat. Surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi US$4,3 miliar pada triwulan II-2014.
Membaiknya kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang signifikan dibandingkan dengan triwulan I-2014 sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan yang melebar sesuai pola musimannya. "Peningkatan surplus NPI triwulan II-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$102,6 miliar pada akhir triwulan I-2014 menjadi US$107,7 miliar pada akhir triwulan II-2014.
Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,1 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. "Pada Juli 2014, posisi cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$110,5 miliar," kata Direktur Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara dalam siaran persnya, Jumat (15/8).
Lebih lanjut, Tirta menjelaskan meskipun mengalami peningkatan defisit dibanding triwulan sebelumnya, kinerja transaksi berjalan triwulan II-2014 lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 mencapai US$9,1 miliar (4,27% PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar US$10,1 miliar (4,47% PDB) pada periode yang sama tahun 2013, sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama ditopang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring penurunan impor mengikuti pelemahan permintaan domestik. Namun demikian, peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut belum mampu mengimbangi kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Sesuai pola musiman, defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan I-2014 sebesar US$4,2 miliar (2,05% PDB).
Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas menyempit karena impor nonmigas meningkat 12,4% (qtq) antara lain terkait dengan naiknya kebutuhan menjelang puasa dan Idul Fitri. Di sisi lain, ekspor nonmigas tumbuh 1,0% (qtq) terutama dipengaruhi turunnya permintaan ekspor berbasis sumber daya alam, seperti batubara dan minyak nabati, seiring dengan melambatnya pertumbuhan di negara emerging serta dampak kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah.
Sementara itu, ekspor produk manufaktur terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara maju. Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas melebar karena impor migas meningkat, terutama karena bertambahnya volume impor minyak mentah, sementara ekspor migas mengalami penurunan terutama akibat ekspor LNG yang lebih rendah.
Selain itu, tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Pada triwulan II-2014, sesuai dengan pola musimannya, defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan primer juga meningkat mengikuti jadwal pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri kepada investor asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News