Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan. Kira-kira begitulah yang dilihat oleh Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter ini memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2014 akan surplus US$ 2 miliar.
Melihat periode yang sama tahun lalu, kondisi NPI mengalami defisit yang besar. Berdasarkan data BI, NPI triwulan I-2013 defisit sebesar US$ 6,62 miliar. Tentu perkiraan surplus neraca pembayaran ini membawa angin segara bagi perbaikan ekonomi tanah air.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan surplus neraca pembayaran pada periode pertama 2014 ditopang oleh kinerja neraca modal dan finansial yang mengalami surplus besar. "Karena cukup tingginya arus modal masuk pada triwulan I," ujar Juda kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Tercatat oleh BI, aliran dana masuk alias inflow dari Januari hingga Maret mencapai US$ 5,7 miliar. Pada bulan Maret sendiri sekitar US$ 2,7 miliar yang terdiri dari US$ 1,2 miliar pada saham dan US$ 1,4 miliar pada Surat Berharga Negara (SBN).
Aliran dana yang mengalir deras ini akibat membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat dari tren inflasi yang menurun dan surplusnya neraca dagang. Untuk neraca dagang sendiri, menurut Juda, sudah mengalami perbaikan.
Sekedar mengingatkan, neraca dagang Februari mengalami surplus sebesar US$ 785,3 juta. Yang menjadi perhatian ke depan oleh BI adalah risiko perlambatan ekonomi yang terjadi di China.
Risiko China bertumbuh lebih rendah dari target BI 7,5% semakin besar. Alhasil, ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu tersebut dikhawatirkan menurun.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menjelaskan defisit transaksi berjalan pada triwulan I akan berada di bawah 2% dari PDB. Pendorongnya adalah surplus neraca perdagangan non migas yang masih terus mengalami kenaikan. "Ekspor manufaktur menjadi penyebabnya," tutur Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News