Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan, Indonesia masih bisa bernafas lega. Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca pembayaran pada triwulan III akan surplus hingga mencapai level US$ 6 miliar.
Inflow alias arus modal masuk yang tinggi mendongkrak surplus neraca transaksi finansial. Walhasil meskipun neraca transaksi berjalan diperkirakan masih defisit US$ 8 miliar pada triwulan III, namun neraca pembayaran tetap bisa surplus. Bahkan, perkiraan surplus neraca pembayaran yang terjadi pada triwulan III lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,3 miliar.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan inflow yang masuk pada tahun 2014 sangat tinggi. Dari Januari-September saja net inflow tercatat mencapai US$ 14,6 miliar atau Rp 170 triliun.
Merunut beberapa tahun belakang, tahun 2010 inflow sebesar US$ 12,6 miliar, tahun 2011 US$ 1,49 miliar, tahun 2012 US$ 2,97 miliar, dan pada tahun 2013 karena ada outflow atawa arus modal keluar yang besar maka net inflow hanya US$ 401 juta.
"Makanya triwulan III NPI bisa surplus kepala US$ 6 miliar walaupun neraca transaksi berjalan masih defisit," ujar Mirza dalam wawancaranya dengan KONTAN, Kamis (9/10).
Sebagai gambaran, neraca transaksi finansial pada triwulan II surplus sebesar US$ 14,51 miliar. Investasi portofolio menjadi pendongkrak surplus terbesar denganĀ kontribusi US$ 7,7 miliar.
Dirinya menjelaskan, yang penting untuk dilakukan sekarang adalah mencegah agar jangan sampai terjadi arus modal keluar. BI mencatat tahun lalu ada outflow hingga US$ 5 miliar karena ada isu tapering off yang waktu itu akan dilakukan Bank Sentral Amerika The Fed.
Ke depannya untuk triwulan IV, BI melihat surplus neraca pembayaran kemungkinan akan mengecil. Hal ini sebagai akibat berakhirnya stimulus kebijakan The Fed yang akan dilanjutkan dengan rencana kenaikan suku bunga.
Menurut Mirza, akan ada potensi inflow namun akan tergantung dari pemerintahan baru. Apakah kebijakan reformasi strukturalnya berjalan atau tidak seperti menekan impor bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menjadi penyebab defisit.
BI mencatat dalam dua minggu terakhir sudah terjadi outflow, padahal suku bunga Amerika belum naik. "Harus ada pesan yang kuat dari Indonesia bahwa Indonesia komitmen untuk melanjutkan reformasi ekonomi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News