Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pemerintah memprediksi neraca perdagangan November 2013 bakal surplus di kisaran US$ 600 juta. Optimisme itu dilontarkan Menteri Keuangan Chatib Basri melihat impor non migas yang turun, dan ekspor mulai naik.
Chatib mengklaim, surplus neraca perdagangan pada November 2013 terjadi karena berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah. Salah satunya kebijakan menaikkan pajak penghasilan (PPh) kepada para importir atau dikenal dengan PPh pasal 22. Pemerintah menaikkan tarif PPh yang semula 2,5% menjadi 7,5% ke importir yang belum memiliki pengenal impor.
Meskipun demikian, Chatib mengakui sulit untuk mengerem impor lebih besar lagi. Sebab tekanan impor terbesar yang dialami Indonesia, berasal dari impor bahan bakar minyak (BBM).
Sampai akhir 2013 realisasi pemakaian BBM subsidi diperkirakan hanya akan mencapai 46 juta kiloliter (Kl), lebih rendah dibanding kuota APBN perubahan 2013 yang sebesar 48 juta kiloliter. Namun dari sisi nominal, nilai subsidi BBm diprediksi naik dari Rp 199 triliun menjadi Rp 250 triliun akibat asumsi nilai tukar rupiah yang melemah. Dari asumsi Rp 9.600, melemah ke Rp 12.189 per dollar Amerika Serikat (31/12).
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi impor migas turun pada November 2013, sementara, ekspor produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik. Sebab perbaikan kondisi ekonomi global mendorong harga jual CPO. Selain harga, volume ekspor CPO juga naik. "Mudah-mudahan trend neraca perdagangan surplus berlanjut di Desember 2013," ujarnya, Rabu (31/12).
Jika perkiraan itu benar terjadi, maka surplus neraca perdagangan November 2013 akan lebih tinggi dibanding bulan Oktober 2013 yang sebesar US$ 42,4 juta. Surplus neraca perdagangan US$ 600 juta juga akan menjadi yang tertinggi selama tahun 2013.
Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan memperkirakan terjadi surplus neraca perdagangan November 2013. Sebab perlambatan ekonomi Indonesia membuat konsumsi juga ikut berkurang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News