kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Defisit transaksi berjalan masih relatif tinggi


Senin, 23 Desember 2013 / 18:55 WIB
Defisit transaksi berjalan masih relatif tinggi
ILUSTRASI. Wall Street ditutup bervariasi dengan S&P 500 dan Dow Jones melemah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memproyeksikan current account deficit atawa defisit transaksi berjalan akan berada dalam tren menurun. Meskipun demikian, sejumlah ekonom melihatnya masih dalam fase tinggi.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander menilai, defisit hingga akhir tahun akan mencapai 3,6% atau senilai US$ 32 miliar. Di triwulan IV sendiri defisitnya sebesar US$ 7,8 miliar.

Defisit yang masih tinggi ini akibat defisit yang masih terjadi pada neraca pendapatan dan jasa. Bila melihat data terbaru Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2013, defisit neraca pendapatan mencapai US$ 19,97 miliar dan neraca jasa sebesar US$8,23 miliar.

Sementara neraca dagang yang berisi nilai ekspor dan impor akan mengalami trend positif semenjak surplus yang terjadi di Oktober sebesar US$ 42,4 juta. Namun surplusnya neraca dagang ini belum mampu menutupi defisit pada neraca pendapatan dan jasa.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih melihat defisit transaksi berjalan di triwulan IV 2013 bisa mencapai 3,7% dari PDB atau sebesar US$ 8,3 miliar. Defisit ini memang turun bila dibanding dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,8% dari PDB atau US$ 8,4 miliar.

Lana menjelaskan, defisit yang masih tinggi ini akibat adanya defisit pada repatriasi aset yang masih tinggi. Repatriasi terjadi setahun dua kali, yaitu pada Juni dan akhir tahun. Menurut dirinya, pada triwulan akhir ini akan terjadi defisit pada neraca pendapatan sebesar US$ 7 miliar lagi karena porsi asing masih besar.

Dengan defisit yang relatif tinggi ini, Ekonom Senior PT Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra melihat rupiah berada dalam tekanan. Hingga akhir tahun rupiah akan nangkring di level 11.900. Menurut Aldian, investor akan melihat trend neraca dagang di November dan Desember, setelah sebelumnya alami surplus di Oktober.

"Apakah surplusnya konsisten sebelum berikan sentimen positif ke rupiah," tukas Aldian.

Aldian melihat defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun akan mencapai 3,6% dari PDB atau dengan nominal US$ 31,9 miliar. Sedang di triwulan terakhir diasumsikan mencapai 3,3% dari PDB atau sebesar U$ 7,3 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×