Reporter: Bidara Pink, Dendi Siswanto, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan pada bulan September 2022 masih berpotensi surplus. Namun neraca dagang pada tahun depan diprediksi berpotensi defisit karena meningkatkan impor seturut pemulihan ekonomi.
Potensi surplus perdagangan pada bulan September diprediksi tidak setinggi Agustus 2022 yang mencetak rekor surplus tertinggi US$ 5,7 miliar.
Para ekonom memprediksi, surplus neraca perdagangan di periode tersebut berada di kisaran US$ 4,8 miliar sampai dengan US$ 5,15 miliar.
David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA) menilai, menyusutnya neraca perdagangan di bulan September 2022 dipicu penurunan kinerja ekspor bulanan. Salah satunya adalah penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Baca Juga: Neraca Perdagangan September 2022 Diprediksi Masih Surplus, Ini Pendorongnya
Harga CPO memang sudah mulai menunjukkan tren menurun sejak Juni kemarin. Di bursa komoditi Rotterdam, harga CPO per 3 Juni 2022 sempat menyentuh angka US$ 1.758 per metrik ton. Tapi, per 14 Oktober 2022, harga CPO nyungsep hingga di angka US$ 1.005 per metrik ton.
Artinya, kurang dari empat bulan, harga CPO di bursa Rotterdam ambles 43%. "Ekspor melambat dan harga komoditas mineral dan CPO juga melandai sejak Juni 2022," katanya kepada KONTAN.
Selain terjadi penurunan ekspor, menurunnya surplus neraca dagang juga dipengaruhi masih berlanjutnya pertumbuhan impor di periode September 2022. Josua Pardede, ekonom Bank Permata, memperkirakan, laju impor masih akan meningkat.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Bakal Turun Pada September 2022
Menurut hitungannya, nilai impor pada September 2022 sebesar US$ 22,36 miliar, atau naik 0,94% secara bulanan serta terdongkrak 37,81% secara tahunan.
Peningkatan impor tersebut didorong naiknya aktivitas manufaktur pada bulan September 2022. Ini tercermin dari PMI Manufaktur yang sebesar 53,7 atau naik dari 51,7 di Agustus.
Yang menjadi kekhawatiran para ekonom adalah prospek ekspor impor Indonesia ke depannya.