Sumber: covid19.go.id | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia masih di bawah kungkungan pandemi Covid-19. Apalagi saat ini, bermunculan varian-varian baru virus corona.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah membagi 2 kategori utama jenis varian COVID-19. Yaitu variant of concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian, dan variant of interest (VOI) atau varian yang diamati.
Melansir informasi di laman covid19.go.id, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut bahwa varian yang perlu diwaspadai ialah VOC.
Pasalnya, VOC sudah terbukti mengalami perubahan karakteristik yang lebih merugikan bagi yang terpapar. Seperti lebih menular, meningkatkan keparahan gejala, menurunkan efektifitas kekebalan tubuh, menurunkan alat diagnostik atau menurunkan efektifitas obat dan terapi.
Baca Juga: Menkes sebut pemerintah siapkan dua skema menghadapi pandemi Covid-19 pada tahun 2022
"Dalam menghadapi VOC, respon yang tepat ialah memperketat kebijakan mobilitas dengan skrining berlapis. Khususnya bagi pelaku perjalanan asal negara dimana varian tersebut ditemukan," tegas Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jumat (10/9/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Mengenai VOC, ada 4 varian yang harus diperhatikan:
- Varian A (alpha) atau B.1.1.7 bersifat lebih menular dan lebih berpeluang menyebabkan keparahan gejala.
- Varian Beta (B.1.351) bersifat lebih menular dan meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di rumah sakit
- Varian gamma (P.1) bersifat lebih menular dan meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di rumah sakit
- Varian Delta (B.1.617.2) bersifat lebih menular bahkan bagi orang yang telah tervaksin serta meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di RS
Baca Juga: Memulai Hidup Baru Bersama Corona
Disamping itu, WHO melaporkan ada 5 VOI yang sedang diamati, yaitu:
- Varian Eta (B.1.525)
- Iota (B.1.526)
- Kappa (B.1.517.1)
- Lambda (C.37)
- Mu (B.1621)
Varian ini diprediksi dapat mempengaruhi karakteristik virus dilihat dari perubahan genetiknya maupun perubahan transmisi di komunitas termasuk memunculkan klaster kasus di beberapa negara.
Terkait VOI ini, respon menghadapinya ialah terus memantau perkembangan dari WHO. Terdapat 2 kemungkinan yang dapat terjadi seiring studi lanjutan yaitu berubahnya status VOI menjadi VOC sepeti pada varian delta atau statusnya menjadi tidak aktif di suatu wilayah.
"Untuk itu jangan terlalu panik dan tetap waspada dengan terus meningkatkan Kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan," lanjutnya.
Baca Juga: Waspadai tiga varian baru Covid-19, pemerintah perketat pintu masuk negara
Varian asli Indonesia
WHO juga memantau varian-varian yang memiliki perubahan pada materi genetiknya namun pengaruhnya pada angka kasus di masyarakat belum jelas sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Kategori tambahan ini disebut alert for further monitoring salah satunya dari Indonesia yaitu B1.4662. WHO menetapkan kategori tersebut pada April 2021.
Meski demikian, Wiku menambahkan, pengaruh dari varian Covid-19 seperti VOC yang berdampak terhadap efektifitas vaksin perlu ditanggapi dengan cermat. Yaitu meningkatkan kewaspadaan tanpa ketakutan berlebih dan terus melakukan pembelajaran dan perbaikan tiada henti.
"Hal ini mendorong kita semakin mempercepat memenuhi kebutuhan vaksinasi bahkan melampaui standar minimal cakupan vaksinasi di komunitas karena efektivitas vaksin masih berada dk ambang minimal yaitu lebih dari 50% dan terus berupaya menekan penularan di segala lini," lanjut Wiku.
Selanjutnya: Pemerintah waspadai tiga varian baru Covid-19, pintu masuk negara diperkuat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News