Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan pertama secara tahunan hanya bertumbuh 5,21%, lebih pelan ketimbang ekspektasi. Namun Bank Indonesia (BI) menilai, pelambatan laju ekonomi bukan disebabkan pengetatan moneter yang diusung BI sejak tahun lalu.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat diakibatkan kinerja ekspor yang turun. Berdasarkan laju pertumbuhan menurut pengeluaran, ekspor barang dan jasa pada triwulan pertama 2014 turun 0,78%.
Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga sendiri pertumbuhannya malah tumbuh lebih ketimbang periode triwulan I tahun lalu yaitu sebesar 5,61%. Sebelumnya pada triwulan I 2013 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,24%.
"Yang sebabkan kinerja pertumbuhan 5,21% lebih karena ekspor riil. Sedangkan permintaan domestiknya masih tumbuh positif dan cukup baik," ujar Agus dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (8/5).
Menurut Agus, dampak kebijakan moneter ketat terhadap permintaan domestik saat ini moderasinya cukup terkelola dengan baik. Dalam hal ini, BI memang masih mempertahankan kebijakan moneter ketat.
BI ingin membawa inflasi ke tingkat yang lebih normal. "Kita tidak ingin inflasi tidak terkendali karena akan membebani kesejahteraan masyarakat," tandas Mantan Menteri Keuangan tersebut.
Sebagai informasi, BI hari ini (8/5) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan perbankan atau BI rate pada posisi 7,50% atau sama dengan bulan sebelumnya. BI menetapkan suku bunga di level ini sejak November tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News