kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Meski punya peluang, BI diramal tahan bunga acuan


Kamis, 20 Oktober 2016 / 11:16 WIB
Meski punya peluang, BI diramal tahan bunga acuan


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan seven days reverse repo rate (BI 7-Day) di level 5%.  dalam rapat dewan gubernur BI mulai kemarin hingga Kamis, 20/10.  Ada tiga faktor yang menjadi alasan.  

Pertama, kepastian pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan 450 volt ampere (VA) dan 900 VA. Kedua, otoritas moneter masih akan mencermati data ekonomi dalam negeri, yaitu pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2016.

Ketiga, BI masih akan menanti arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. "Pengurangan subsidi listrik akan mempengaruhi outlook inflasi tahun depan yang mempengaruhi kebijakan suku bunga BI," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede, Rabu (19/10).

Dengan melihat ketiga faktor tersebut, menurut Josua, ruang pelonggaran suku bunga BI hingga akhir tahun 2016 akan terbatas. Oleh karena itu, akan tepat jika BI tetap mempertahankan suku bunganya pada bulan ini.

Jika pelonggaran moneter terburu-buru dilakukan BI pada bulan ini dan pada akhir Oktober DPR menyetujui pemangkasan subsidi listrik, kebijakan BI bisa tidak konsisten dengan target inflasi yang menjadi basis kebijakan moneter BI.

Setali tiga uang, Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, upaya BI mempertahankan suku bunga acuannya bulan ini hingga akhir tahun menjadi pilihan yang tepat.

Sebab, BI masih melihat efektivitas transmisi kebijakan moneter sebelumnya. "BI harus realistis, kondisi ekonomi melambat, suka tidak suka. Sehingga, BI tidak bisa memaksakan menurunkan suku bunga karena suku bunga turun kredit tak naik," katanya.  

Juniman memperkirakan inflasi bulan ini berada di atas 3% YoY, sehingga ruang penurunan suku bunga acuan semakin terbatas. BI baru memiliki peluang menurunkan suku bunga jika ada kepastian kenaikan suku bunga AS.

Selain itu, jika efektivitas pelonggaran moneter yang sebelumnya telah dilakukan telah berdampak pada sektor riil,  peluang itu diperkirakan baru akan ada pada tahun depan, di kisaran 25 bps-50 bps.

Jika para ekonom setuju BI mempertahankan suku bunganya, pemerintah tetap menilai BI perlu menurunkan suku bunga acuan kembali. Pemerintah melihat sejumlah indikator ekonomi dalam negeri mendukung pelonggaran moneter lagi.

Menteri Koordinator bidang perekonomian Darmin Nasution mengatakan, selama inflasi berada di level rendah,  suku bunga masih bisa turun. "Tanpa disuruh, BI sudah seharusnya bisa menurunkan," ujar Darmin, Rabu (19/10).

Hanya, Darmin mengaku tidak akan memaksa BI menurunkan suku bunga. "Kalau disuruh-suruh namanya intervensi. BI yang tahu kapan pelonggaran itu bisa dilakukan," ujarnya

Sebagai catatan, laju inflasi September 2016 tercatat 0,22%. Untuk inflasi year on year (yoy) tercatat 3,07% dan year to date atau Januari-September 2016 tercatat 1,97%. Angka tersebut masih berada di bawah target pemerintah untuk inflasi dalam APBN-P 2016 yaitu 4%.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×