kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski bergolak, alarm krisis belum berbunyi


Kamis, 31 Mei 2012 / 08:00 WIB
Meski bergolak, alarm krisis belum berbunyi
ILUSTRASI. Promo staycation Kuta, Bali, ditawarkan oleh tiga hotel antara lain PrimeBiz Hotel, Instyle Hotel dan Eden Hotel.


Reporter: Herlina KD | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Kondisi perekonomian global yang memburuk beberapa hari terakhir belum membuat pemerintah khawatir akan terjadi krisis. Kementerian Keuangan menegaskan, hingga kemarin alarm pertanda krisis belum bunyi.

Sekalipun Rabu (30/5) nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) anjlok ke level Rp 9.570 per dollar Amerika Serikat (AS) atau melemah 3% dalam sepekan. Sementara, indeks harga Surat Berharga Negara (SBN) juga merosot ke level 105,44 poin atau turun 3,3% dari akhir 2011 lalu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengakui, ada tekanan arus modal asing yang keluar dari pasar domestik dalam satu bulan terakhir. "Ini merupakan reaksi spontan dari pelaku pasar atas ketidakpastian kondisi global yang meningkat," kata Rahmat.

Investor menarik investasinya dari pasar surat utang Indonesia, dan mengalihkan ke instrumen investasi lain yang mereka anggap lebih aman.Misalnya, aset yang berbasis dollar Amerika Serikat.

Selain ketidakpastian pemulihan ekonomi di Eropa, dari dalam negeri ada faktor ekspektasi inflasi yang masih tinggi sehingga menyebabkan investor hengkang. Maklum, mereka takut imbal hasil yang mereka dapat makin menciut tergerus inflasi tinggi.

Di luar itu, Rahmat menuturkan, secara historis pasar Surat Utang Negara (SUN) pada Mei biasanya akan diwarnai dengan aksi jual investor untuk merealisasikan keuntungan. Tapi, "Saya tidak melihat itu sesuatu yang mengkhawatirkan. Karena Crisis Management Protocol (CPM) kita belum masuk situasi waspada, siaga, apalagi krisis. Waspada pun tidak," tegas Rahmat.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, selama Mei ini terjadi pelarian modal dari pasar SUN sebesar Rp 5,86 triliun. Namun, Rahmat menilai cabutnya modal asing ini masih jauh dari lampu kuning CPM.

Pasalnya, angka pelarian modal tersebut jauh lebih kecil ketimbang September tahun lalu yang mencapai Rp 29,3 triliun. Bahkan, dalam waktu sehari ada aksi jual asing yang mencapai Rp 30 triliun. Saat itu, pemerintah merasa aman karena hanya dalam waktu sepekan arus modal asing kembali masuk. "Kami harus hati-hati dalam menetapkan kondisi pasar," ujarnya.

Meski alarm krisis belum berbunyi, pemerintah tetap cermat dengan perkembangan situasi dan gejolak pasar. Sebagai antisipasi, pemerintah sangat berhati-hati dalam mengelola bujet agar defisit tidak bengkak dan harga SBN di pasar masih tetap stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×