Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor ke Australia pasca kedua negara menandatangani Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Penandatanganan tersebut dilakukan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Penandatanganan kerjasama tersebut disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dihadiri menteri seperti Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengatakan, pihaknya menyambut baik kerja sama ekonomi yang komprehensif ini, karena menjadi momentum untuk sama-sama memacu pertumbuhan ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Ia berharap berkat kerjasama ini, ekspor Indonesia akan meningkat ke Australia, karena komitmen negara kanguru untuk mengeliminasi bea masuk impor untuk seluruh pos tarifnya menjadi nol persen.
Beberapa produk Indonesia yang berpotensi untuk ditingkatkan ekspornya, antara lain produk otomotif (khususnya mobil listrik dan hybrid), kayu dan turunannya termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan, permesinan, serta peralatan elektronika.
IA CEPA memberikan persyaratan QVC (kualifikasi konten lokal) yang lebih mudah untuk kendaraan listrik dan hybrid asal Indonesia, sehingga industri otomotif Indonesia dapat mengekspor kendaraan listrik dan hybrid ke Australia tanpa harus membangun seluruh teknologi dan fasilitas produksi dari nol. Diharapkan kendaraan listrik dan hybrid menjadi andalan ekspor RI masa depan.
“Bagi Indonesia, ekspor produk manufaktur yang tengah kita pacu adalah textile, clothing dan footwear,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Senin (4/3).
Selama ini, komoditas ekspor unggulan Indonesia ke Negara Kanguru tersebut, antara lain furnitur, produk karet dan kimia olahan, makanan dan minuman, tekstil, serta elektronika.
Airlangga menyampaikan, pihaknya masih berkeinginan untuk dapat meningkatkan ekspor ke Asutralia berupa kendaraan dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) baik itu yang mesin menggunakan bahan bakar maupun elektrik.
“Karena industri otomotif di sana tutup semua. Ini menjadi peluang bagi kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, sektor industri manufaktur Indonesia juga dapat mengakses bahan baku dasar atau penolong produksi yang lebih murah dan berkualitas untuk kemudian diekspor ke negara lainnnya.
Keuntungan IA-CEPA bagi Indonesia, di antaranya preferensi ketentuan asal barang yang lebih baik, peningkatan standar profesi Indonesia yang akan dimulai dengan mutual recognition di sektor engineering, serta kepastian dan jaminan hukum bagi perusahaan Australia untuk berinvestasi di Indonesia
"Dalam jangka menengah, proyek kerja sama dalam kerangka IA-CEPA memprioritasikan pembangunan kapasitas sumber daya manusia Indonesia melalui program pendidikan vokasi, kemudian pelaksanaan kegiatan promosi dan inovasi untuk meningkatkan standar dan daya saing, serta pemberdayaan industri baik skala besar, berbasis teknologi tinggi, maupun yang kecil dan menengah termasuk pengembangan sektor kreatif dan e-commerce," papar Menperin.
Australia merupakan salah satu mitra dagang penting dan potensial bagi Indonesia. Selain itu, Australia merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-17 dan negara sumber impor non-migas ke-8 bagi Indonesia.
Total perdagangan bilateral pada tahun 2018 sebesar US$ 8,6 miliar. Ekspor Indonesia tercatat bernilai US$ 2,8 milliar. Adapun komoditas impor Indonesia dari Australia, mayoritas merupakan bahan baku atau bahan penolong industri, seperti gandum, batubara, bijih besi, alumunium, seng, gula mentah, susu dan krim yang diolah untuk menghasilkan produk jadi dengan nilai tambah tinggi.
Produk ekspor utama Indonesia ke Australia pada tahun 2018, di antaranya petroleum sebesar US$ 636,7 juta, kayu dan furnitur US$ 214,9 juta, panel LCD, LED, dan panel display lainnya US$ 100,7 juta, alas kaki US$ 96,9 juta, dan ban US$ 61,7 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News