kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menkes sebut ada tren penurunan kasus Covid-19 dalam 2 pekan terakhir


Rabu, 17 Februari 2021 / 16:25 WIB
Menkes sebut ada tren penurunan kasus Covid-19 dalam 2 pekan terakhir
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadiki menyebutkan adanya tren penurunan kasus positif Covid-19 di Indonesia dalam dua pekan terakhir. Terutama selepas puncak kenaikan kasus karena libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Kasus mulai menurun sejak dua pekan lalu, karena ini dampak dari liburan panjang. Setiap ada liburan panjang dan mobilitas akan ada kenaikan kasus,” katanya melalui konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube, Rabu (17/2).

Artinya, puncak kasus dari Nataru telah terlampau sehingga kasus terkonfirmasi positif harian turun. Selain itu juga ada andil dari penerapan pengetatan melalui pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Baca Juga: Menkes sebut positivity rate Covid-19 di Indonesia saat ini sangat tinggi

Rupanya, penurunan terkonfirmasi harian ini sejalan dengan data pasien di rumah sakit. Budi menyebut pasien Covid-19 yang masuk rumah sakit turun sejak dua pekan terakhir.

“Mengambil kesimpulan jumlah turun disebabkan fundamental karena puncak laju penularan sudah tercapai dan dampak penerapan PPKM bisa membatasi pergerakan masyarakat,” paparnya.

Tetapi, kini yang menjadi catatan adalah perihal positivity rate Covid-19 di Indonesia yang masih tinggi pada level 20%.

Sementara itu, menurut standar badan kesehatan dunia (WHO) idealnya positivity rate berada di bawah 5%. Merujuk kepada perkembangan data positivity rate, Budi menyebut ada tiga hipotesis yang harus segera dipastikan.

Pertama, soal hasil pemeriksaan Covid-19 dengan hasil negatif yang tidak seluruhnya dimasukkan ke dalam laporan. Hal ini secara matematis menyebabkan hasil positivity rate tinggi.

"Kami ingin memastikan semua laporan yang hasilnya negatif apakah sudah dimasukkan oleh semua laboratorium. Jika sudah semua masuk maka akan terlihat positivity rate sebenarnya berapa," tutur Budi.

Baca Juga: Jangan sepelekan! Beda dari gejala klasik, ini 7 gejala Covid-19 baru

Kedua, soal disiplin dari pihak rumah sakit yang belum seluruhnya memasukkan laporan hasil pemeriksaan secara lengkap. Budi menyebut hopotesis kedua ini masih harus dikonfirmasi kembali penyebabnya kepada RS.

"Hipotesa ketiga adalah mungkin sekali pemeriksaan (testing) kita kurang banyak sehingga positivity rate tinggi. Karenanya kita akan perbanyak rapid test antigen," tutur Budi.

"Dengan masuknya data-data dari hasil konfirmasi terhadap tiga hipotesis itu nanti akan terlihat sebenarnya seperti apa positivity rate-nya dan kita akan mengambil kesimpulan," tambah Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×