Reporter: Bidara Pink, Nindita Nisditia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis instrumen operasi moneter baru untuk memperkuat pasar uang di dalam negeri. Instrumen baru tersebut adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang akan diterapkan pada 15 September 2023.
"Instrumen baru kami adalah operasi moneter yang pro market. Sekaligus untuk memperdalam pasar keuangan sehingga memutar likuiditas di pasar keuangan," terang Perry Warjiyo, Gubernur BI, Kamis (24/8).
Terlebih, Perry menyebutkan masih ada ketidakpastian yang tinggi di pasar keuangan global. Salah satunya datang dari arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: Perkuat Pendalaman Pasar Uang, BI Luncurkan Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia
Ini mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah. Jadi perlu upaya ekstra untuk memperkuat otot rupiah.
Bank sentral mencatat, hingga 23 Agustus 2023, rupiah melemah 1,41% dibandingkan dengan akhir Juli 2023. Namun dibandingkan posisi akhir Desember 2022, nilai tukar rupiah tetap menguat 1,78% secara year to date.
Penguatannya juga lebih baik dibandingkan apresiasi rupee India sebesar 0,07%. Bahkan, baht Thailand dan peso Filipina masing-masing melemah 1,31% dan 1,77%.
Adapun pada tahap awal, SRBI akan diterbitkan pada tenor enam bulan, sembilan bulan, dan 12 bulan. Sementara itu, jadwal dan hasil lelang nantinya akan diumumkan dalam situs resmi BI.
Baca Juga: Ekonom Menilai Instrumen SRBI Mampu Jamin Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Penerbitan SRBI akan dilakukan lewat lelang dengan bank umum yang menjadi peserta operasi pasar terbuka (OPT) konvensional. SRBI juga dapat dipindahtangankan atau ditransaksikan di pasar sekunder.
Di pasar perdana, SRBI hanya dapat dibeli bank umum yang menjadi peserta OPT konvensional, baik secara langsung atau melalui lembaga perantara. Di pasar sekunder, SRBI bisa dipindahtangankan dan dimiliki oleh non bank dan bisa dimiliki warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA).
"Nah, ada asing yang masuk kemudian bisa memperdalam pasar valuta asing dan bisa mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah," tambah Perry.
Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, instrumen baru cukup efektif menjaga stabilitas rupiah. "Instrumen SRBI akan memberikan dukungan yang cukup besar terhadap cadangan devisa, sehingga menjamin stabilitas nilai tukar rupiah," terang dia, kemarin.
Baca Juga: Suku Bunga BI Tetap, Begini Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Jumat (25/8)
SRBI diharapkan bisa menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan memacu penggunaan SBN milik BI sebagai underlying aset.
Selain SRBI, Faisal menilai langkah BI dalam menyempurnakan efektivitas instrumen devisa hasil ekspor (DHE) juga semakin menyuplai kebutuhan valas Indonesia. Inilah yang makin memperkuat otot rupiah, di tengah gonjang-ganjing ekonomi global.
Faisal memprediksi rupiah pada akhir tahun ini di kisaran Rp 14.864 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News