kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengapa pemerintah mengurangi SBN ritel tahun 2020? Ini kata ekonom


Senin, 16 Desember 2019 / 20:29 WIB
Mengapa pemerintah mengurangi SBN ritel tahun 2020? Ini kata ekonom
ILUSTRASI. Nasabah membeli Sukuk Tabungan (ST) Seri ST006 melalui aplikasi BNI Mobile Banking di Jakarta, Senin (4/11/2019).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan berencana mengurangi frekuensi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel tahun depan menjadi hanya enam sampai delapan kali saja. 

Alasannya, pemerintah ingin melakukan penerbitan dengan waktu ( timing) yang lebih strategis berdasarkan hasil evaluasi penerbitan SBN Ritel sepanjang 2019 yang mencapai sepuluh kali penerbitan. 

Baca Juga: Ekspansi gerai Reserve di Medan, Starbucks kini punya 433 gerai

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, keputusan pemerintah mengurangi frekuensi penerbitan SBN Ritel cukup logis. Pasalnya, realisasi penjualan SBN Ritel sepanjang tahun ini juga di bawah target yaitu hanya Rp 49,89 triliun.

“Mungkin ini juga sebagai langkah mitigasi risiko likuiditas sektor perbankan di tahun depan meski memang Bank Indonesia sudah lakukan banyak kebijakan pelonggaran,” tutur Josua, Senin (16/12). 

Sementara,  Ekonom Center of Reform on Economics ( Core ) Indonesia  Yusuf Rendy Manilet menduga kebijakan pemerintah mengurangi penerbitan SBN Ritel bertujuan untuk menjaga daya beli dan konsumsi untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tahun depan. 

Baca Juga: Tahun depan, SBN rupiah dominasi penerbitan surat utang pemerintah

Seperti yang diketahui, tahun 2020 terdapat sejumlah  penyesuaian yang berdampak pada kenaikan inflasi, antara lain kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik dari golongan rumah tangga 900 VA, menaikkan tarif iuran BPJS Kesehatan, serta menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok mulai tahun.

Bank Dunia sebelumnya bahkan telah memproyeksi pertumbuhan konsumsi domestik Indonesia akan cenderung melambat di 2020.  Bank Dunia memproyeksi konsumsi rumah tangga tumbuh pada level 5,1%, melambat dari proyeksi pertumbuhan konsumsi swasta tahun ini yang mencapai 5,2%.

Tingkat inflasi diprediksi lebih tinggi di tahun depan yaitu sekitar 3,5%.

Baca Juga: Tahun depan, Kemenkeu kurangi frekuensi penerbitan SBN Ritel

“Jadi kebijakan itu (mengurangi SBN Ritel) mungkin selaras dengan upaya menjaga daya beli tahun depan. Jangan sampai SBN Ritel justru menyerap banyak likuiditas sehingga tersisa sedikit yang dibelanjakan,” tutur Rendy. 

Memang, secara tujuan utama, penerbitan SBN Ritel positif untuk memperdalam pasar keuangan domestik dan mengubah tren kepemilikan asing pada SBN domestik yang besar selama ini. 

Baca Juga: Shortfall Pajak Melebar, Defisit Anggaran Membesar

“Tapi mungkin tahun depan pemerintah lakukan penyesuaian sesuai dengan proyeksi perekonomian juga,” tandas Rendy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×