Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan berencana mengurangi frekuensi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel tahun depan menjadi hanya enam sampai delapan kali saja.
Alasannya, pemerintah ingin melakukan penerbitan dengan waktu ( timing) yang lebih strategis berdasarkan hasil evaluasi penerbitan SBN Ritel sepanjang 2019 yang mencapai sepuluh kali penerbitan.
Baca Juga: Ekspansi gerai Reserve di Medan, Starbucks kini punya 433 gerai
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, keputusan pemerintah mengurangi frekuensi penerbitan SBN Ritel cukup logis. Pasalnya, realisasi penjualan SBN Ritel sepanjang tahun ini juga di bawah target yaitu hanya Rp 49,89 triliun.
“Mungkin ini juga sebagai langkah mitigasi risiko likuiditas sektor perbankan di tahun depan meski memang Bank Indonesia sudah lakukan banyak kebijakan pelonggaran,” tutur Josua, Senin (16/12).
Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics ( Core ) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menduga kebijakan pemerintah mengurangi penerbitan SBN Ritel bertujuan untuk menjaga daya beli dan konsumsi untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tahun depan.
Baca Juga: Tahun depan, SBN rupiah dominasi penerbitan surat utang pemerintah
Seperti yang diketahui, tahun 2020 terdapat sejumlah penyesuaian yang berdampak pada kenaikan inflasi, antara lain kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik dari golongan rumah tangga 900 VA, menaikkan tarif iuran BPJS Kesehatan, serta menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok mulai tahun.