Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan menurunkan produktivitas. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal menjelaskan, kualitas BBM yang buruk berkontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca yang berdampak terhadap kenaikan suhu global.
Di jangka panjang, peningkatan gas rumah kaca akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), transportasi darat menyumbang 20,7% terhadap total emisi sektor energi. Mengganti BBM yang lebih ramah lingkungan di sektor transportasi diharapkan mengurangi gas rumah kaca..
Menurut kajian Core, negara-negara ASEAN akan merasakan dampak paling buruk jika suhu bumi terus meningkat. Kenaikan suhu global dapat memicu berbagai bencana alam dan kerusakan lingkungan. Dan akhirnya mengganggu produksi pangan. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Berdasarkan data Swiss Re Institute, ASEAN berisiko mengalami kerugian produk domestik bruto (PDB) hingga 4,2% pada pertengahan abad ini jika kenaikan suhu global tidak dapat dikendalikan di bawah 2 derajat Celcius. Jika suhu meningkat, melebihi 2 derajat Celcius, potensi kerugian ekonomi bisa mencapai 17%.
Baca Juga: Niat Menteri ESDM Tertibkan BBM Solar Bersubsidi Terganjal Perpres 191/2014
Bahkan, jika suhu naik hingga 2,6 derajat Celcius, kerugian diproyeksikan meningkat drastis hingga 29%.. "Semakin tinggi kenaikan suhu, semakin besar dampak yang ditimbulkan," ujar Faisal, dalam keteragannya Selasa (11/2)..
Untuk mencegah gas rumah kaca semakin besar, salah satu upaya, menggunakan BBM lebih bersih, terutama untuk sektor transportasi. Sayang, saat ini, Indonesia masih tertinggal dalam adopsi standar Euro untuk industri otomotif.
Pemerintah Indonesia menerapkan baku mutu standar Euro 4 untuk industri otomotif pada tahun 2022. Hal ini cukup tertinggal dibandingkan negara berkembang lain. Di Asia Tenggara, Indonesia tertinggal cukup jauh dari Vietnam.
Vietnam menerapkan standar Euro 4 pada tahun 2005 untuk kendaraan berat. Sementara untuk mobil penumpang, Vietnam bahkan menerapkan Euro 5 mobil penumpang pada tahun 2009. India bahkan telah menerapkan standar Euro 6 untuk sepeda motor, mobil penumpang dan mobil berat pada 2014.
Indonesia sedang berupaya meningkatkan adopsi Euro 4. Namun, peningkatan kualitas BBM menuju Standar Euro-4 dapat menambah anggaran subsidi. Volume konsumsi dan anggaran subssdi BBM meningkat dari tahun ke tahun. Menurut kajian Core, ada tiga skenario mendorong adopsi Euro 4 di Indonesia.
Pertama, pemerintah menaikkan anggaran subsidi untuk penggunaan BBM Euro-4. Kenaikan harga BBM akibat peningkatan kualitas ditanggung seluruhnya oleh pemerintah. Kedua, dengan kenaikan harga universal. Pemerintah mempertahankan anggaran subsidi di tingkat saat ini. Sementara itu, kenaikan harga BBM akibat peningkatan kualitas seluruhnya ditanggung masyarakat.
Ketiga, pembatasan subsidi BBM. Pemerintah mengalihkan anggaran subsidi untuk membiayai BBM Euro-4 melalui pembatasan subsidi bagi sebagian jenis kendaraan. Hanya kendaraan bermotor dan angkutan umum saja yang bisa menikmati subsidi BBM.
Baca Juga: Mengapa Penerapan BBM Standar Euro 4 Terlambat? Inilah Penjelasannya
Jika pemerintah pemerintah menggunakan skenario pertama, anggaran subsidi diperkirakan terus membengkak hingga Rp 54,6 triliun pada 2025. Kemudian naik hingga Rp 96,2 triliun pada 2026, hingga Rp 157,8 triliun pada 2028 demi menyediakan BBM Euro-4 pada 2028 secara keseluruhan.
Sementara itu, jika menggunakan kenaikan harga universal, hal ini bisa berdampak terhadap kenaikan inflasi. Menurut hasil kajian, kenaikan harga BBM sebesar Rp 500 per liter menyebabkan inflasi sekitar 0,21%.
Angka ini relatif rendah dibandingkan kenaikan Rp 2000 per liter yang bisa menyebabkan inflasi sebesar 0,83%. “Jika terjadi kenaikan harga BBM, paling terkena dapaknya yang paling miskin,” tukas Faisal.
Bila menggunakan pembatasan BBM subsidi untuk sebagian jenis kendaraan, pemerintah hanya memberikan subsidi sebesar Rp 93 triliun pada 2025. Angka subsidi ini terus berkurang hingga Rp 80 triliun pada 2028. Dalam skenario ini, pemerintah hanya memberikan subsidi terhadap sepeda motor dengan populasi 80% pengguna dan angkutan umum dengan jumlah populasi 113,8 juta kendaraan.
Core mengadakan survei pada Desemer 2024 tentang seberapa besar masyarakat yang bersedia menanggung kenaikan BBM dengan kualitas yang lebih baik. Hasilnya 74,4% dari 394 respons setuju terhadap kebijakan Euro-4.
Dari hasil survei, rata-rata maksimal per liter yang bersedia dibeli adalah Rp 11.938 untuk bensin Euro-4 dan Rp 8.739 untuk diesel Euro-4.
Menurut Faisal, kenaikan ini berdampak minimal terhadap masyarakat kelas menengah. Yang akan terdampak mungkin masyakarat dengan pengeluaran yang kurang dari Rp 4 juta per bulan. Cukup bagus jika pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tapi dia tidak yakin kondisi fiskal di Indonesia memungkinkan. Apalagi, saat ini pemerintah sedang melakukan efisiensi angagran.
Selanjutnya: Pemerintah Menggenjot Proyek Irigasi Nasional
Menarik Dibaca: Resep Tori Paitan Ramen Ala Chef Devina Hermawan yang Praktis, Jadi Favorit Keluarga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News