Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah di depan mata. Beberapa pengusaha daerah belum siap dengan pasar bebas Asean ini. Namun Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meminta pengusaha UKM tidak khawatir terhadap MEA. Sebab, kata Lutfi, pemerintah akan melindungi usaha UKM dari dampak MEA.
Pemerintah akan memproteksi sektor UKM ini agar pelaku usahanya mampu bersaing menghadapi persaingan. Proteksi ini telah diatur di dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Sayang Lutfi tak menjelaskan bentuk proteksi yang akan dilakukan. "Tapi agar UKM berkembang, UKM harus dibuat layaknya seperti industri, agar tidak kalah dengan negara lain," kata Lutfi kepada Kontan, di Kemdag, akhir pekan lalu.
Misalnya, soal kerajinan tangan yang merupakan hasil budaya dan kearifan lokal. Di Bali, hasil kerajinan tangan tenun dikerjakan secara paruh waktu. “Akibatnya tidak efisien, makanya harus dibuat seperti industri, harus bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian,” ujar Lutfi.
Dampaknya, harga jual tenun menjadi mahal. Satu kain tenun bisa dihargai sekitar Rp 1 juta dengan masa pengerjaan dua minggu. Padahal negara lain, bisa saja mengambil corak tenun itu dan menjualnya dengan lebih murah karena ada industri di sana.
Produk kerajinan Indonesia telah menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir dengan pertumbuhan 4,61% per tahun. Ekspor ke Amerika Serikat, Jepang dan Hongkong mencapai US$ 669,17 juta. Ekspor produk kerajinan tahun ini ditargetkan tumbuh sebesar 7% hingga 8% atau sekitar US$ 721 juta.
Lutfi mengakui sebanyak 85% orang Indonesia saat ini mengerti tentang Asean, tetapi hanya 5% dari mereka paham dengan MEA. “Ini memang problem,” kata Lutfi.
Lutfi mengajak para pengusaha tak perlu terlalu khawatir menghadapi MEA yang berlaku mulai Januari 2015. Saat berlaku, Lutfi memprediksi, tak akan banyak perubahan besar soal perdagangan barang. Sebab selama empat tahun ini, 99,61% barang sudah diperjualbelikan baik dari Indonesia atau negara lain di Asean.
Justru yang kemungkinan akan menghadapi masalah adalah soal kesiapan tenaga ahli. Misalnya kedatangan dokter, insinyur, akuntan, dan lainnya. Orang-orang yang bergerak di bidang ini memang harus mempersiapkan kompetensinya dengan lebih baik agar tak kalah bersaing.
Faktanya, dibanding negara seperti Laos atau Kamboja, jumlah dokter yang berlebih ada di Singapura atau Malaysia. Di Singapura dan Malaysia para dokter tentu digaji lebih tinggi daripada di Indonesia. “Yang terjadi malah dokter di sini akan belajar bahasa Inggris dan praktik di luar negeri,” kata Lutfi.
Wakil Ketua Umum Kadin Provinsi Jawa Timur, Nelson Sembiring menuturkan banyak pengusaha masih belum mengerti tentang MEA dan dampaknya terhadap usaha yang mereka jalankan.
Kadin Jawa Timur membantu anggotanya mengurus ketentuan regulasi ke Dinas Perindustrian. Seperti pengurusan soal hak paten dan sertifikasi perijinan untuk standar dalam negeri. “Kami harapkan sosialisasi dan perlindungan dari pemerintah tak berhenti,” harap Nelson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News