Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah ada di depan mata. Namun banyak pengusaha belum siap dengan pasar bebas Asean ini.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menuturkan sebanyak 85% orang mengerti tentang Asean, tapi yang paham dengan MEA hanya sekitar 5%. “Ini memang problem,” kata Lutfi kepada Kontan, dikantornya, Kemendag, Jakarta, akhir pekan lalu.
Namun, menurutnya pengusaha tak perlu khawatir karena pada Januari 2015 mendatang tak akan banyak perubahan besar soal perdagangan barang.
MEA harusnya dipandang sebagai peluang Indonesia untuk memanfaatkan pasar Asean. Seperti ke Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja sebagai basis produksi dan investasi.
Sebab dalam empat tahun terakhir saja, 99,61% barang sudah diperjualbelikan baik dari Indonesia atau negara lain di Asean.
Justru menurut Kemendag, yang kemungkinan akan menghadapi masalah adalah kesiapan tenaga ahli. Misalnya kedatangan dokter, insinyur, akuntan dan lainnya. Orang-orang yang bergerak di bidang ini memang harus mempersiapkan kompetensinya dengan lebih baik agar tak kalah bersaing.
Lutfi menambahkan ada beberapa peluang yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk tenaga ahli. Faktanya,dibanding negara seperti Laos atau Kamboja, jumlah dokter yang berlebih ada di Singapura atau Malaysia, disana mereka tentu digaji lebih tinggi daripada di Indonesia.
Daripada mereka belajar bahasa Indonesia dan bekerja disini, akan lebih menguntungkan jika dokter-dokter itu tetap bekerja Singapura atau Malaysia. “Yang terjadi malah dokter disini akan belajar bahasa Inggris dan praktek diluar negeri,” kata Lutfi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News