Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pariwisata digadang-gadang sebagai salah satu jamu mujarab untuk mengatasi persoalan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang kian melebar hingga akhir tahun lalu.
Tak hanya itu, pariwisata juga diproyeksi bakal menjawab tantangan kinerja ekspor Indonesia yang masih bergantung pada komoditas mentah dan lemah dalam industri pengolahan.
Kepulauan Bangka Belitung diperhitungkan sebagai salah satu provinsi yang dapat mewujudkan misi tersebut. Belitung yang pada era 1800-an pernah menjadi pusat penambangan timah dunia, bersolek untuk menjadi destinasi pariwisata dan investasi melalui pembangunan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
Presiden Joko Widodo, Kamis (14/3), akhirnya resmi membuka KEK Tanjung Kelayang yang telah ditetapkan sejak tiga tahun lalu melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2016.
Jokowi optimistis, operasional KEK Tanjung Kelayang dapat mengerek penerimaan asli daerah (PAD) Provinsi Bangka Belitung hingga mencapai 300%.
Saat ini, nilai investasi yang sudah masuk ke kawasan ini mencapai Rp 9 triliun yang dikontribusikan sekitar 76% oleh jaringan hotel internasional seperti Starwood Asia Pacific dan Accor Asia Pacific.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, kekhasan yang akan ditonjolkan dari KEK Tanjung Kelayang memang resort dan wisata lautnya.
"Tanjung Kelayang sekarang sudah memenuhi syarat terkait tanah, infrastruktur dasar, dan fasilitas kawasan sehingga bisa mulai beroperasi setelah ditetapkan sebagai KEK tahun 2016 lalu," ujar Arief.
Kawasan dengan luas 324 ha tersebut telah ditetapkan sebagai satu dari sepuluh destinasi pariwisata prioritas. Sejak ditetapkan, jumlah kunjungan tamu asing dan domestik naik dari 292.885 orang pada 2016, menjadi 390.841 orang pada 2017.
Kemenpar mencatat, peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) juga menunjukkan tren positif sepanjang periode 2014-2018, yakni sebesar 650% menjadi 25.579 orang pada 2018. Sementara, pertumbuhan wisatawan nusantara (wisnus) di periode yang sama mencapai sebesar 385% menjadi 786.988 orang.
Tak hanya sampai di situ, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, Bangka Belitung akan kembali menetaskan dua KEK Pariwisata, yaitu KEK Tanjung Gunung dan KEK Sungailiat.
"Keduanya sudah siap untuk diproses menjadi KEK. Saya sudah minta agar kedua kawasan ini punya kekhasan yang berbeda tapi saling melengkapi," tutur Darmin.
Menanggapi masukan tersebut, Arief bilang, KEK Sungailiat dan Tanjung Gunung nantinya akan lebih diarahkan sebagai kawasan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition/MICE). Selain sebagai destinasi wisata, kawasan ini juga akan digabung dengan residensial untuk menarik kunjungan maupun investasi domestik dan asing.
"Di sini kalau mau ada theme park juga boleh dan bisa tarik pemain global. Toh, Mandalika contohnya, bisa attract MotoGP dan sudah diterima oleh Presiden secara final untuk 2021," kata Arief.
Arief menjelaskan, peluang kedua KEK ini sebagai destinasi Silver Tourism juga terbuka lebar. Silver Tourism merupakan peluang pasar yang memanfaatkan pengeluaran konsumsi dan pariwisata dari populasi lanjut usia di atas umur 50 tahun.
Asal tahu saja, Bank of America Merrill Lynch pernah memprediksi bahwa pada 2050 mendatang, jumlah populasi berusia di 60 tahun ke atas akan berlipat ganda secara global. Perekonomian dari populasi ini pun diperkirakan akan tumbuh US$ 7 triliun per tahun hingga mencapai US$ 15 triliun pada 2020 nanti.
"Pensiunan asing itu rata-rata pengeluarannya US$ 2.000 per bulan, lebih besar dari rata-rata spending wisman kalau datang ke Indonesia yang hanya sekitar US$ 1.200 per bulan," kata Arief.
Lantas, Bangka Belitung mesti mampu menangkap potensi tersebut selayaknya Malaysia yang telah terlebih dulu menarik minat wisatawan lanjut usia dan pensiunan (senior living citizen).
Adapun, PT Pan Semujur menjadi perusahaan pengembang objek wisata swasta yang bakal mengembangkan KEK Tanjung Gunung. Proyeksinya, kawasan ini memiliki potensi investasi sebesar Rp 4,6 triliun.
Sementara, KEK Sungailiat ditangani oleh PT Pantai Timur Sungailiat. Potensi investasi di kawasan ini diperkirakan mencapai Rp 5,3 triliun.
Selain mempersiapkan fasilitas dasar dan sarana, Menko Darmin tak lupa mengimbau agar masyarakat diberi sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan melayani.
Pasalnya, salah satu kunci penting perkembangan suatu daerah wisata terletak pada kemampuan dan keterbukaan masyarakat daerah tersebut untuk menyambut dan memberi pelayanan terbaik kepada para pendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News