kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membandingkan vaksin AstraZeneca dan Sinovac, mulai tingkat kemanjuran hingga harga


Rabu, 10 Maret 2021 / 13:58 WIB
Membandingkan vaksin AstraZeneca dan Sinovac, mulai tingkat kemanjuran hingga harga
ILUSTRASI. Ada sejumlah perbedaan di antara kedua vaksin tersebut mulai dari tingkat efikasi, skema pengadaan, hingga harga. Gareth Fuller/PA Wire/Pool via REUTERS


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Izin edar darurat terhadap dua vaksin Covid-19, yakni vaksin buatan Sinovac dan AstraZeneca, sudah dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Adapun pemerintah telah menerima 38 juta dosis vaksin dari Sinovac dan 1,1 juta dosis vaksin dari AstraZeneca. Kedua vaksin tersebut sama-sama digunakan untuk program vaksinasi massal pemerintah guna memutus mata rantai penularan Covid-19. 

Vaksin dari Sinovac merupakan buatan perusahaan biofarmasi asal China, yakni Sinovac. Nama asli vaksin tersebut sedianya ialah CoronaVac.  

Sedangkan vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi dari Inggris AstraZeneca beserta Oxford University. 

Baca Juga: Covid-19 karena B.1.1.7 bertambah, makan 7 buah ini agar daya tahan tubuh meningkat

Keduanya sama-sama telah lulus uji keamanan dan efikasi sehingga layak digunakan utnuk vaksinasi Covid-19 secara massal. Keduanya juga sama-sama bisa disimpan di suhu yang tak terlalu rendah yakni di kisaran 2-8 derajat celsius sehingga memudahkan proses distribusi dan penyimpanan. 

Kendati demikian ada sejumlah perbedaan di antara kedua vaksin tersebut mulai dari tingkat efikasi, skema pengadaan, hingga harga. 

Baca Juga: Kasus mutasi virus corona B.1.1.7 sudah ditemukan di 5 provinsi ini

Berikut paparannya: 

1. Efikasi vaksin Sinovac lebih tinggi daripada AstraZeneca 

Tingkat efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac lebih tinggi daripada vaksin buatan AstraZeneca. Vaksin Sinovac versi BPOM memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3%. Adapun vaksin produksi AstraZeneca memiliki tinkgat efikasi sebesar 62,1% versi BPOM. 

Dengan demikian, vaksin produksi Sinovac memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin buatan AstraZeneca. 

2. Harga vaksin AstraZeneca lebih murah  

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Bio Farma Bambang Heriyanto sebelumnya mengatakan harga vaksin Sinovac diperkirakan mencapai Rp 200.000 per dosis. 

Adapun harga vaksin buatan AstraZeneca berkisar antara US$ 3-4. Dengan demikian vaksin buatan Sinovac lebih mahal ketimbang AstraZeneca. 

Jika dirupiahkan dengan kurs saat ini maka harga satu dosis vaksin AstraZeneca berkisar antara Rp 43.000 hingga RP 58.000. 

Baca Juga: Vaksin AstraZeneca datang, bisakah cegah virus corona B.1.1.7? Ini kata Kemenkes

3. Skema pengadaan 

Vaksin produksi Sinovac diperoleh Indonesia lewat kerja sama antara pemerintah Indonesia lewat BUMN PT Bio Farma dengan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac. Pengadaan vaksin dari Sinovac dilakukan melalui mekanisme pembelian secara bisnis lewat proses diplomasi bilateral. 

Adapun pengadaan vaksin AstraZeneca dilakukan melalui jalur multilateral. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, upaya pengadaan vaksin Covid-19 lewat jalur multilateral terus dilakukan Indonesia. 

Baca Juga: Kasus mutasi virus corona B.1.1.7 di Indonesia kian bertambah, apa saja gejalanya?

Menurut dia, Indonesia bisa mendapatkan vaksin Covid-19 sebanyak 3 sampai 20% jumlah penduduk lewat jalur multilateral melalui fasilitas Covax. Salah satu vaksin yang didapat ialah dari AstraZeneca. 

4. Lokasi uji klinis 

Vaksin produksi Sinovac menjalani uji klinis di China, Indonesia, Turki, Brazil, dan Bangladesh. Sedangkan vaksin buatan AstraZeneca menjalani uji klinis di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat (AS). 

Hasil efikasi yang didapat dari masing0masing lokasi bisa berbeda. Di Turki, efikasi vaksin Sinovac mencapai 91,25%. Sedangkan di Indonesia efikasinya 65,3%. 

Demikian pula vaksin buatan AstraZeneca. Di negara-negara yang telah menjadi lokasi uji klinis vaksin AstraZeneca menunjukkan efikasi rata-rata sebesar 70%. 

Di Indonesia, BPOM mengumumkan efikasi vaksin AstraZeneca sebesar 62,1%. 

Baca Juga: Ada vaksinasi mandiri, ini rekomendasi analis untuk saham Kalbe Farma (KLBF)

5. Basis platform vaksin 

Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse sebagai platform awalnya. Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia. 

Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari Covid-19 coronavirus yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2. 

Baca Juga: Kemenkes: Vaksin AstraZeneca efektif cegah Covid-19 karena virus corona B.1.1.7

Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19. 

Vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola.  Sementara vaksin yang dibuat Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan. 

Tujuannya adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius. Metode inactivated virus adalah metode yang sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti polio dan flu.  

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perbedaan Vaksin AstraZeneca dan Sinovac, dari Tingkat Kemanjuran hingga Harga"
Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Rakhmat Nur Hakim

Selanjutnya: Penggunaan darurat vaksin AstraZeneca resmi diterbitkan, Kepala BPOM: Efikasi 62,1%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×