Reporter: Dian Pitaloka Saraswati |
Beberapa tahun belakangan ini, tato kembali menjadi tren. Banyak orang menilai tato sebagai keindahan yang layak dipamerkan. Ini berbeda dengan zaman dulu, saat tato dianggap sebagai tanda para pelaku kriminal.
Bagi seniman tato, melukis di tubuh manusia merupakan tantangan tersendiri. Tato adalah karya yang melekat seumur hidup. "Berbeda dengan lukisan kanvas yang hanya digantung, tato adalah karya seni yang melekat seumur hidup," jelas I Gusti Ngurah Agus Wijaya yang membuka studio tato di Kemang, Jakarta Selatan.
Seniman tato juga akan sangat bangga jika sang klien puas dengan hasil karya mereka. "Saya merasa lebih berharga jika klien saya merasa puas dengan lukisan tato di tubuhnya", ujar Gusti.
Tentu saja, keahlian seniman tato ini tak jatuh dari langit. Seorang seniman tato harus jago melukis. Keterampilan menggambar sketsa dan memainkan kuas adalah bekal utama seniman tato. Gusti yang telah menjalani profesi seniman tato selama 10 tahun mengaku mulai hobi melukis sejak usia 13 tahun.
Selain itu, "Seniman tato dituntut lebih sabar," ujar Bimo yang sudah 13 tahun berprofesi sebagai seniman tato. Kesabaran itu diperlukan, baik saat melukis atau menghadapi emosi klien yang sedang dirajah tubuhnya. "Karena, reaksi klien bermacam-macam, dari sekadar mengeluarkan sumpah serapah hingga mencakar kami," ujar Bimo.
Kebanyakan seniman tato membutuhkan waktu sekitar 30 menit-45 menit untuk menyelesaikan sebidang gambar berukuran 5 x 5 sentimeter (cm). Menurut Gusti, proses ini puluhan kali lebih lama ketimbang melukis di atas kanvas. Pasalnya, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Pertama, ia membuat sketsa dengan jarum tunggal yang dipasang di tatto gun atau tattoo machine. Kedua, proses penebalan gambar dengan menggunakan jarum bermata empat.
Penghasilan berlipat
Setelah gambar dasar terbentuk, ia akan memulai tahap ketiga yakni mewarnai dengan memakai jarum bermata tujuh. Inilah bagian yang menyakitkan karena jarum harus ditusuk sedalam tiga milimeter di kulit.
Biasanya Gusti dan Bimo melakukan konsultasi dengan si klien sebelum memulai proses pembuatan tato. Jika si klien masih berusia kurang dari 18 tahun, Gusti akan meminta sang klien untuk menyerahkan surat persetujuan orang tua.
Gusti ingin sang klien benar-benar memahami keberadaan gambar di tubuhnya. "Tato bukan sekedar tren, tapi mesti dipahami sebagai filosofi," katanya.
Pengerjaan tato biasanya dilakukan dengan membuat perjanjian terlebih dahulu. Gusti sendiri memiliki jam kerja antara pukul 13.00 hingga 19.00. Selama enam jam, biasanya Gusti dan Bimo bisa mengerjakan tato untuk tiga hingga empat orang saja.
Baik Gusti dan Bimo yang pernah berkarya dalam satu studio yang sama merasa sudah mantap menjalani profesi mereka sebagai seniman tato. Maklum, mereka sudah menggelutinya selama belasan tahun.
Selain itu, proses pembuatan tato yang sulit ini mendatangkan fulus lumayan bagi mereka. Tarif untuk gambar ukuran 5 x 5 cm adalah Rp 300.000. Dan, tarif untuk setiap tambahan 1 cm persegi berkisar Rp 11.000.
Dalam sebulan, penghasilan Gusti dan Bimo bisa mencapai Rp 20 juta. "Jumlah ini memang naik berkali-kali lipat dibandingkan pendapatan kami saat tato belum populer," kata Gusti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News