Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
Hal ini dikarenakan Demokrat cenderung lebih formal dan patuh dengan prinsip multilateral. Menurutnya, pada pemerintahan Obama pun, Indonesia bisa meningkatkan ekspor hingga US$ 6 miliar antara tahun 2009-2016.
Meski begitu, mengingat pemerintahan Demokrat menekankan pada “fair trade”, maka ini menyebabkan peningkatan kasus-kasus trade remedies yang dilakukan AS secara bilateral maupun multilateral terhadap Indonesia. Menurutnya, hal ini bisa mengancam bahkan mematikan ekspor unggulan nasional, bila Indonesia kalah.
Baca Juga: Terdorong sentimen domestik dan global, IHSG diprediksi melanjutkan penguatan besok
"Contoh saja kekalahan Indonesia terkait sengketa kebijakan impor hortikultura Indonesia yang diprotes AS di WTO atau putusan anti-dumping & anti-subsidi AS terhadap biofuel Indonesia yg menyebabkan kita tidak lagi kompetitif untuk mengekspor biofuel ke AS sejak 2-3 tahun lalu," ujar Shinta.
Meski begitu, Shinta juga berpendapat sektor ekonomi nasional yang diuntungkan dari AS, masih sama saja, karena tidak ada perubahan yang signifikan dalam hal komoditi ekspor unggulan maupun sektor investasi yang diminati AS di Indonesia baik dalam kepemimpinan AS maupun Biden.
Melihat gaya dan dampak kebijakan antara Biden dan Trump yang berbeda, Shinta pun mengatakan Indonesia perlu menyesuaikan diri baik melalui daya tarik iklim usaha dan investasi dan melalui lobi, agar manfaat kebijakan presiden AS tetap diterima Indonesia.
Selanjutnya: Inilah daftar diskon harga motor sport 250 cc November, Kawasaki Ninja Rp 10 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News