kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Melihat dampak sektor perdagangan Indonesia-AS bila Biden terpilih jadi Presiden


Kamis, 05 November 2020 / 20:15 WIB
Melihat dampak sektor perdagangan Indonesia-AS bila Biden terpilih jadi Presiden
ILUSTRASI. Melihat dampak sektor perdagangan Indonesia-AS bila Biden terpilih jadi Presiden.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Hingga saat ini, belum bisa dipastikan siapa yang akan memenangkan Pemilu Amerika Serikat (AS). Meski begitu, hingga pukul 19:20 WIB, perolehan suara yang didapatkan Joe Biden jauh lebih unggul dibandingkan Donald Trump.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai pemilu AS memiliki dampak yang cukup besar bagi prospek perdagangan Indonesia ke depannya.

Bila Biden terpilih menjadi Presiden AS berikutnya, Bhima menilai akan ada penurunan tensi perang dagang juga akan ada peningkatan permintaan barang dari Indonesia.

Peningkatan permintaan barang ini didorong oleh kebijakan stimulus ekonomi di Partai Demokrat yang lebih besar untuk mendorong pemulihan daya beli kelas menengah di AS, dan juga kebijakan Biden yang akan mendorong upah minimum federal meningkat.

Baca Juga: Jurnalis asing: Saling klaim kemenangan, Pemilu AS mirip dengan Pemilu Indonesia

Atas peningkatan permintaan tersebut, Bhima berpendapat akan ada permintaan beberapa komoditas yang meningkat.

"Komoditas yang akan diuntungkan secara umum adalah pergerakan harga minyak dunia seiring perbaikan permintaan industri dari China," kata Bhima kepada Kontan, Kamis (5/11).

Dia juga mengatakan akan ada peningkatan permintaan bahan baku industri dan barang konsumsi karena Biden akan fokus pada penanganan pandemi Covid-19 yang mendorong pemulihan ekonomi AS semakin cepat pula. Berbagai peningkatan tersebut diperkirakan akan terjadi pada produk kimia, kayu olahan,  kopi, cokelat dan lainnya.

"Sementara ekspor barang jadi seperti pakaian jadi dan alas kaki akan kembali pulih tahun 2021," ujar Bhima.

Meski ada beberapa ekspor barang yang terdorong naik, Bhima pun mengatakan ada kebijakan Biden yang perlu diwaspadai Indonesia. Hal ini berhubungan dengan kebijakan energinya yang lebih mengandalkan energi terbarukan.

Menurutnya, ini akan menjadi tantangan bagi Indonesia karena komoditas energi berbasis fosil pasar di AS semakin sempit. Sementara, produk Indonesia seperti sawit pun dikhawatirkan menghadapi isu lingkungan hidup.

Baca Juga: Ini pendorong kenaikan harga batubara acuan (HBA) di November 2020

Bhima memang mengatakan kebijakan pro lingkungan Biden masih perlu waktu untuk diaplikasikan. Akan tetapi, Indonesia perlu mewaspadai hal ini. "Prosesnya tidak langsung instan, tapi tetap perlu diwaspadai," ujar Bhima.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menilai, bila Biden terpilih menjadi AS, maka akan menciptakan kepastian dalam relasi dagang dan investasi.

Hal ini dikarenakan Demokrat cenderung lebih formal dan patuh dengan prinsip multilateral. Menurutnya, pada pemerintahan Obama pun, Indonesia bisa meningkatkan ekspor hingga US$ 6 miliar antara tahun 2009-2016.

Meski begitu, mengingat pemerintahan Demokrat menekankan pada “fair trade”, maka ini menyebabkan peningkatan kasus-kasus trade remedies yang dilakukan AS secara bilateral maupun multilateral terhadap Indonesia. Menurutnya, hal ini bisa mengancam bahkan mematikan ekspor unggulan nasional, bila Indonesia kalah.

Baca Juga: Terdorong sentimen domestik dan global, IHSG diprediksi melanjutkan penguatan besok

"Contoh saja kekalahan Indonesia terkait sengketa kebijakan impor hortikultura Indonesia yang diprotes AS di WTO atau putusan anti-dumping & anti-subsidi AS terhadap biofuel Indonesia yg menyebabkan kita tidak lagi kompetitif untuk mengekspor biofuel ke AS sejak 2-3 tahun lalu," ujar Shinta.

Meski begitu, Shinta juga berpendapat sektor ekonomi nasional yang diuntungkan dari AS, masih sama saja, karena tidak ada perubahan yang signifikan dalam hal komoditi ekspor unggulan maupun sektor investasi yang diminati AS di Indonesia baik dalam kepemimpinan AS maupun Biden.

Melihat gaya dan dampak kebijakan antara Biden dan Trump yang berbeda, Shinta pun mengatakan Indonesia perlu menyesuaikan diri baik melalui daya tarik iklim usaha dan investasi dan melalui lobi, agar manfaat kebijakan presiden AS tetap diterima Indonesia.

Selanjutnya: Inilah daftar diskon harga motor sport 250 cc November, Kawasaki Ninja Rp 10 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×