Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50% pada bulan November 2021 ini.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, hal ini disebabkan oleh perkembangan terkini yang menunjukkan ketidakpastian masih relatif tinggi.
“Kita melihat banyak negara sudah mulai pulih kesehatan dan ekonomi, bahkan termasuk Indonesia. Namun, proses pemulihan di berbagai negara berbeda-beda sehingga ketidakpastian masih tinggi,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Rabu (17/11).
Riefky kemudian memerinci, dari sisi internasional, proses pengurangan penambahan likuiditas (tapering off) oleh Amerika Serikat (AS) sudah dimulai.
Akibatnya, Indonesia mengalami periode arus modal asing keluar sejak awal November 2021 dan mendorong naiknya premi risiko investasi Indonesia. Hal tersebut tercermin dari posisi CDS tenor 5 tahun yang naik ke 84,27 bps dari 79,58 bps. Tekanan ini bisa memberikan dampak pada nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Bank Permata proyeksi BI pertahankan suku bunga pada RDG November 2021
Meski begitu, dampaknya masih belum sebesar tapering 2013. Ini karena transparansi kebijakan dari The Fed, dan kebijakan tapering off saat ini dilakukan secara hati-hati.
Selain masalah tapering off, pemulihan ekonomi dunia yang tidak simetris menimbulkan masalah suplai dalam mengantisipasi pent-up demand atau permintaan yang tertahan. Ini menimbulkan krisis energi di banyak negara.
Sementara dari sisi domestik, angka kasus harian Covid-19 kini sudah melandai sehingga ada momentum pemulihan ekonomi yang makin besar dan menyundut pemulihan permintaan.
Namun, meski permintaan sudah mulai pulih, tetapi angka inflasi masih menunjukkan daya beli dan permintaan agregat yang masih di bawah kondisi normal.
Ini terlihat dari tingkat inflasi dari awal tahun 2021 hingga Oktober 2021 tercatat 0,93% ytd dengan inflasi tahun ke tahun pada Oktober 2021 berada di level 1,66% yoy.
Ini masih lebih rendah dari perkiraan inflasi bank sentral pada sepanjang tahun ini yang sebesar 2% yoy hingga 4% yoy.
Baca Juga: Inflasi rendah, BI diramal masih tahan suku bunga acuan pada RDG November 2021
“Disrupsi di sektor riil dalam bentuk apapun, bisa saja mengganggu proses pemulihan yang sedang berlangsung,” tambah Riefky.
Dengan kondisi tersebut, Riefky memandang pelonggaran moneter saat ini bukanlah hal yang tepat dan bahkan malah berpotensi memperparah arus modal keluar.
Di lain pihak, Indonesia masih jauh dari tahap ideal untuk mengimplementasikan pengetatan moneter tanpa membahayakan pemulihan di sektor riil.
“Untuk itu, menahan suku bunga kebijakan di angka 3,50% merupakan langkah yang tepat untuk saat ini,” tandas Riefky.
Selanjutnya: Kinerja keuangan cemerlang, simak rekomendasi saham CTRA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News