Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menginginkan dana riset di Indonesia ditingkatkan hingga 1% dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini untuk mendukung upaya pemerintah mencapai kemandirian di berbagai sektor.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan, perguruan tinggi memiliki tugas menghasilkan SDM unggul, melakukan riset, dan inovasi.
Perguruan tinggi diharapkan menghasilkan produk – produk unggulan yang akan menjadikan Indonesia memiliki kemandirian. Seperti kemandirian pangan, kemandirian kesehatan, kemandirian energi, dan lainnya.
“Presiden berharap terjadi peningkatan (dana riset) paling tidak hingga 1% dari GDP kita,” ujar Brian di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (13/3) malam.
Baca Juga: Prabowo Sahkan PP 11 Tahun 2025 untuk THR PNS, Cek Komponen, Gaji & Tunjangan PNS
Brian mengakui, hal tersebut tidak bisa dilakukan secara instan. Namun, ketika nanti bisa dicapai, pembangunan diyakini bisa berjalan cepat dan industrialisasi berbasis teknologi bisa bergerak cepat. Hal itu misalnya dapat terlihat di Korea Selatan yang menganggarkan sekitar 4% dari PDB untuk riset.
"Kami dapat laporkan juga bahwa total dana riset yang dialokasikan lebih dari Rp 2 triliun. Bersumber dari APBN, LPDP, serta berbagai kerja sama industri,” ucap Brian.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria menambahkan, dirinya telah menyampaikan kepada presiden agar dana riset ditingkatkan. Yakni dengan meningkatkan peran swasta maupun BUMN.
Arif mengusulkan agar perguruan tinggi menjadi tempat research and development (RnD) untuk BUMN di Indonesia. Ia bilang, BUMN untuk berkembang membutuhkan riset.
“Sehingga BUMN tidak perlu membangun RnD sendiri, manfaatkan saja kerja sama dengan perguruan tinggi,” ucap Arif.
Arif menambahkan, riset membutuhkan pembiayaan besar karena riset adalah fondasi untuk inovasi. Jika dilihat, skor Global Innovation Index selalu berkorelasi positif dengan PDB per kapita per tahun.
Arif menyebut, negara yang memiliki skor Global Innovation Index yang tinggi hampir pasti memiliki skor PDB per kapita per tahun yang tinggi.
Baca Juga: Presiden Prabowo Minta Mendikti Saintek Bina Mahasiswa Agar Tidak Dihasut
“Kalau kita ingin jadi negara maju, tidak ada cara lain selain inovasi,” terang dia.
Adapun untuk mendorong inovasi mau tidak mau harus melakukan riset. Untuk riset maka butuh biaya riset yang tinggi. Sebab itu presiden menyambut baik adanya penguatan ekosistem riset untuk mendukung kemandirian bangsa.
“Anggaran (riset) idealnya kalau bisa 2% dari GDP saja sudah bagus sekali. (Dana riset Indonesia) Kita masih 0,03%,” ujar Arif.
Selanjutnya: Peluang Emas Konsultan Hukum di Era Investasi Asing, Simak Penjelasan BTP Law Firm
Menarik Dibaca: TikTok Hadirkan Konten Ramadan Berdurasi Panjang, Cocok untuk Ngabuburit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News