kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Mantan menteri pertanian: pemerintah harus berani setop impor beras


Rabu, 15 Desember 2010 / 11:25 WIB
Mantan menteri pertanian: pemerintah harus berani setop impor beras


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Edy Can

JAKARTA. Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mengatakan strategi yang paling tepat untuk swasembada beras adalah dengan tidak melakukan impor. Dia mengatakan, pemerintah harus berani menyetop impor beras.

Bungaran menuturkan, Indonesia sudah pernah swasembada beras yakni tahun 1984, 2004 dan 2008 lalu. Menurutnya, swasembada beras itu bisa tercapai berkat kerja keras. Cuma, ''Kita melupakan kerja keras yang lalu, kemudian terjadi impor yang volumenya semakin besar,'' katanya, Rabu (15/12).

Menurutnya, seharusnya swasembada beras merupakan proses yang harus secara sistemik terjadi tiap tahun bukan sebagai target yang harus dicapai. "Jadi bukan sporadis," tegasnya.

Selain menghentikan impor, Bungaran mengatakan, swasembada beras dapat tercapai dengan dua pendekatan lain yakni dari sisi permintaan dan reforma agraria. Dari sisi permintaan, dia mengatakan, pemerintah harus bisa memangkas konsumsi beras.

Sedangkan, dengan reforma agraria, Bungaran berharap luas sawah bisa lebih besar. Menurutnya, kepemilikan lahan petani Indonesia tidak lebih besar dari 0,3 hektara. Sementara Thailand dan Vietnam tiap keluarga petani mendapatkan 5 hektare. ''Ini merupakan selisih yang sangat besar. Bagaimana bisa menaikkan produksi dengan lahan yang sempit,'' katanya.

Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso menambahkan, petani tidak akan bisa kaya dengan jumlah lahan yang sempit ini. Menurutnya, jumlah lahan petani Indonesia idealnya 2 hektare. ''Dengan luas kepemilikan 2 hektare dan harga jual Rp 4.000 per kilogram maka saya yakin petani sudah sejahtera,'' katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×