Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ini tidak hanya membantu negara kaya sumber daya mencatat surplus transaksi berjalan, tetapi juga membantu pemerintah mengurangi target penjualan obligasi dan mendanai subsidi energi untuk melindungi 270 juta penduduknya dari harga minyak global yang tinggi.
Selain itu, pasar saham Indonesia naik lebih dari 5% year-to-date dibandingkan dengan penurunan di pasar ekuitas utama Asia lainnya, setelah jadwal IPO tersibuk di Asia Tenggara tahun lalu.
Pihak berwenang berharap stabilitas pasar keuangan akan memungkinkan ekonomi tumbuh setidaknya 6% per tahun, sehingga Indonesia dapat mencapai tujuan menjadi negara kaya pada tahun 2045, bertepatan dengan ulang tahun ke-100 Indonesia.
Target jangka panjang Indonesia juga termasuk memeras lebih banyak dari sumber dayanya yang cukup termasuk mineral seperti bijih nikel dengan memproses lebih banyak di dalam negeri.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan fokus pemerintah untuk meningkatkan rantai pemrosesan komoditas akan mengubah struktur keseimbangan eksternal Indonesia, memperkuat aliran modal dengan investasi asing langsung sambil mendiversifikasi ekspor.
Baca Juga: R&I Pertahankan Rating Utang RI, Begini Respons Bos Bank Indonesia (BI)
"Sepanjang tahun defisit (transaksi berjalan) kecil dan neraca pembayaran secara keseluruhan akan surplus. Artinya secara fundamental, suplai valas tinggi dan itu akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Warjiyo di Gedung BI.
Pertumbuhan hanya sementara?
Namun, masih ada pertanyaan apakah stabilitas Indonesia dapat dipertahankan seiring dengan langkah The Fed yang diperkirakan masih agresif menaikkan suku bunga lebih lanjut, harga komoditas mendingin dan risiko resesi global membayangi.
"Sebagian besar peningkatan (Indonesia) tampaknya bersifat sementara," jelas Thomas Rookmaaker, kepala negara Asia-Pasifik di Fitch Ratings, mengatakan kepada Reuters.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Diproyeksi Masih Volatile Memasuki Kuartal III-2022