kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.044.000   9.000   0,44%
  • USD/IDR 16.450   10,00   0,06%
  • IDX 7.861   -24,73   -0,31%
  • KOMPAS100 1.100   -4,26   -0,39%
  • LQ45 797   -1,64   -0,21%
  • ISSI 269   -0,78   -0,29%
  • IDX30 413   -0,84   -0,20%
  • IDXHIDIV20 480   -0,71   -0,15%
  • IDX80 121   -0,49   -0,40%
  • IDXV30 132   -1,28   -0,96%
  • IDXQ30 133   -0,29   -0,22%

LPEM FEB UI Sebut Statistik Ekonomi Indonesia Cuma Jadi Kosmetik, Apa Maksudnya?


Kamis, 04 September 2025 / 13:57 WIB
LPEM FEB UI Sebut Statistik Ekonomi Indonesia Cuma Jadi Kosmetik, Apa Maksudnya?
ILUSTRASI. Peneliti Senior LPEM FEB UI Teguh Dartanto mengatakan, perbedaan antara angka statistik dan realita di lapangan dapat memicu keresahan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai banyak indikator statistik yang selama ini dibanggakan pemerintah justru tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat.

Peneliti Senior LPEM FEB UI Teguh Dartanto mengatakan, perbedaan antara angka statistik dan realita di lapangan dapat memicu keresahan.

"Banyak angka-angka statistik itu menjadi sebuah kosmetik ya. Artinya antara angka dan rasa yang dirasakan oleh masyarakat itu berbeda. Sehingga ketika angka dan rasa tidak lagi sama, yang terjadi adalah unjuk rasa," ujar Teguh dalam Podcast LPEM FEB UI, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Kepala BPS Klarifikasi Isu Manipulasi Data Kemiskinan

Teguh mencontohkan, angka pengangguran yang disebut turun sering kali tidak mencerminkan situasi sesungguhnya. 

Meski terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK), masyarakat tetap bekerja karena tidak ada jaminan sosial bagi pengangguran di Indonesia. 

Akibatnya, banyak yang terpaksa masuk ke sektor informal seperti menjadi pengemudi transportasi daring.

“Padahal yang terjadi adalah meskipun banyak PHK, ya orang mau nggak mau harus bekerja. Karena di Indonesia sistem jaminan sosial kita tidak memberikan jaminan kepada orang pengangguran,” kata Teguh.

Hal serupa terjadi pada data kemiskinan. Teguh menekankan, meskipun secara nasional angka kemiskinan menurun, kemiskinan di wilayah perkotaan justru meningkat.

“Data kemiskinan kita turun, tapi kalau kita mau melihat lebih mendalam, kemiskinan di perkotaan itu naik,” tambahnya.

Ketika harapan masyarakat tidak sesuai dengan kenyataan, diperparah dengan isu ketidakadilan di kelas menengah bawah serta perilaku elite yang dianggap kurang pantas, Teguh menilai hal itu dapat memicu ledakan kemarahan sosial.

“Ditambah lagi dengan berbagai ketimpangan yang ada, perilaku yang kurang pas dari elite kita itu yang membuat masyarakat akhirnya terjadilah amarah itu meledak," ujar Teguh.

Baca Juga: Perbedaan Data Pertumbuhan Ekonomi BPS dengan Lembaga Independen Jadi Sorotan

Selanjutnya: Promo Hari Pelanggan Nasional di Mister Donut, Gokana & Kopi Kenangan 2025

Menarik Dibaca: Transaksi Mobile Banking Kian Diminati, Ini Layanan MDIN dari Bank Muamalat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×